1.
Pelayanan kesehatan pada anak
A.
Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
1.
Melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir
a. Apakah
bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
b. Apakah
bayi bergerak dengan aktif atau lemas
c. Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap –
megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.
2.
Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a. Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat
yang keras dan hangat.
b. Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah
bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala
diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c. Bersihkan
hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus
kassa steril.
d. Tepuk
kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain
kering dan kasar.
e. Alat
penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung
oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
f. Segera
lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g. Memantau dan mencatat usaha bernapas yang
pertama (Apgar Score)
h. Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam
hidung atau mulut harus diperhatikan.
3.
Merawat tali pusat
a. Setelah
plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem
plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b. Celupkan
tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk
membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
c. Bilas
tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
d. Keringkan
tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
e. Ikat
ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang
disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat
tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem
tali pusat tertentu.
f. Jika
menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat
dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada
sisi yang berlawanan.
g. Lepaskan
klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
h. Selimuti
ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi
tertutup dengan baik.
APGAR skor
Pengkajian
|
Nilai
|
||
0
|
1
|
2
|
|
Denyut jantung
|
Tidak ada
|
Lambat, < 100
|
> 100
|
Usaha pernafasan
|
Tidak ada
|
Lambat, tidak teratur
|
Mengangis bagus
|
Keadaan otot
|
Lembut
|
Sebagian ekstremitas
lemah
|
Bergerak aktif
|
Refleks
|
Tidak ada
|
Meringis
|
Menangis dengan keras
|
Warna
|
Biru, pucat
|
Tubuh merah muda, kaki
dan tangan biru
|
Seluruh tubuh merah muda
|
4.
Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan
Inisiasi
menyusui dini ( IMD ) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan
dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi menyusui
dini (IMD ) akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI
ekslusif. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang
merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan
kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum
usia 1 bulan. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru
lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu
ibun untuk menyusu. IMD harus dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh
ditunda dangan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh
dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin
to skin antara bayi dan ibu.
Menyusui 1 jam
pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi
dinyatakan sebagai indicator global dan Ini merupakan hal baru bagi Indonesia,
dan merupakan program pemerintah khususnya Departemen Kesehatan RI.
5.
Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas
Mekanisme kehilangan panas
a.
Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b.
Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
c.
Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d.
Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)
Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :’
-
Keringkan
bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
-
Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih
dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
-
Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
-
Anjurkan
ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
-
Jangan
segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.
6.
Memberikan Imunisasi Hb0
7.
Memberikan penyuluhan kepada ibu tenang
a.
Asi ekslusif
Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk
bayi dibawah 6 bulan
dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
Petugas
kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara
memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan,
melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan
mendukung pemberian ASI ekslusif setelahnya.
b.
Cara menyusui bayi yang benardan baik
c.
Cara memandikan bayi
d.
Menjaga kebersihan bayi
8.
Menginformasikan pada ibu tanda bahaya pada bayi
a.
Pernapasan sulit atau > 60 kali per menit,
lihatlah retraksi pada waktu bernapas
b.
Suhu teria!u
panas > 38°C atau terlalu dingin < 36°C
c.
Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis),
atau pucat, memar atau bayi sangat kuning (terutama 24 jam pertama)
d.
Pemberian AS( sulit, hisapan lemah, mengantuk
berlebihan, banyak muntah
e.
Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau
busuk, berdarah
f.
Gangguan
gastrointestinal misalnya tidak mengeluarkan mekonium selama 3 hari
pertama berturut-turut setelah lahir, muntah terus menerus, tinja berdarah atau bertendir
g.
Tidak
berkemih dalam 24 jam
h.
Menggigil,atau tangis tidak biasa, lemas,
mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus
i.
Mata bengkak dan mengeluarkan cairan
j.
Cari
pertolongan bidan atau tenaga medis jika timbul tanda-tanda bahaya
9.
Pemantauan tumbuh kembang bayi untuk
meningkatkan kualitas tumbuh kembang
anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang mencakup
anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang mencakup
a. Aspek
Pertumbuhan:
1) Timbang
berat badannya (BB)
2) Ukur
tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK)
3) Lihat
garis pertambahan BB, TB dan LK pada grafik
b. Aspek
Perkembangan:
1) Tanyakan
perkembangan anak dengan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
2) Tanyakan
daya pendengarannya dengan TDD (Tes Daya Dengar)
3) tanyakan
daya penglihatannya dengan TDL (Tes Daya Lihat),
c. Aspek
Mental Emosional:
1) KMEE
(Kuesioner Masalah Mental Emosional)
2) CHAT
(Check List for Autism in Toddles = Cek Lis Deteksi Dini Autis)
3) GPPH
(Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
10.
Pemberian obat yang bersifat sementara pada
penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan keperluan segera merujuk pada dokter.
Diantaranya bisa dengan:
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan keperluan segera merujuk pada dokter.
Diantaranya bisa dengan:
a. Manajemen
Terpadu Bayi Sakit (MTBS):
1) melakukan
kunjungan neonatal oleh bidan desa/kelurahan
2) upaya
pemeriksaan kesehatan terpadu pada bayi muda dan balita
b. Pelayanan
Pengobatan
1) pemeriksaan
kejadian kesakitan (morbiditas)
2) perawatan
kesehatan dan penanganan medis
Pemberian
dosis obat pada bayi sering kali berbeda, mengingat anak masih dalam tahap
pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak yang lahir premature , penetapan dosis
yang diberikan sangat sulit karna fungsi organ belum berfungsi sempurna
sehingga proses absorbs,distribusi, metabolism dan eksresi tidak maksimal yang
kadang menimbulkan efeksamping yang lebih besar dibandingkan efek terapinya.
Pada prinsipnya dosis ditentukan dengan dua standar, yakni berdasarkan dengan
luas permukaan rubuh dan berat badan.
B. Pelayanan kesehatan anak balita
1. Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat
yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah,
dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas
pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat
bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi
kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak.
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang
bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan
kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau
memulihkan kesehatan- nya.
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan,
perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A,
kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI,
pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan
dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
a.
Sebagai
media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap,
meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan
diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif,
dan Makanan Pendamping ASI.
b.
Sebagai
media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
c.
Sebagai
sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan
dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.
2. Pemberian
Kapsul Vitamin A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan
vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata (
agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan
daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak,
diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada
beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin
A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan
balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
a.
Kapsul
vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu
kali dalam satu tahun
b.
Kapsul
vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ).
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ).
Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A
pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir
atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina
Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan
Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan
target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan
terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga
menengah kebawah.
3. Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya
Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada
masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan
Posyandu untuk balita mencakup :
a.
Penimbangan
berat badan
b.
Penentuan
status pertumbuhan
c.
Penyuluhan
d.
Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas
dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang,
apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
4. Manajemen terpadu balita sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau
Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang
terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada
kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan
suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita
sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk
menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan
jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS
tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena
meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif
(berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit
dan masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah
mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang
dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita.
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang
menguntungkan, yaitu:
a.
Meningkatkan
ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain
dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien
asalkan sudah dilatih).
b.
Memperbaiki
sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1
kali pemeriksaan MTBS).
Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan
dalam 2 kategori, yaitu :
1) Manajemen
Terpadu Bayi Muda ( Usia 1 hari sampai 2 bulan )
Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2
bulan ini, meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan
tingkat kegawatan, penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling,
pemberian pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam manajemen terpadu bayi muda ini, dilakukan
pengelolaan terhadap penyakit-penyakit yang lazim terjadi pada bayi muda,
antara lain adanya kejang, gangguan nafas, hipotermi, kemungkinan infeksi
bakteri, ikterus, gangguan saluran cerna, diare serta kemungkinan berat badan
rendah dan masalah pemberian ASI.
2) Manajemen
Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
Tahapan pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit
pada usia 2 bulan sampai 5 tahun ini sama seperti manajemen
terpadu bayi muda, yaitu penilaian tanda dan gejala, penentuan
klasifikasi dan tingkat kegawatan, penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian
konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut. Dalam MTBS usia 2 bulan
sampai 5 tahun ini, dilaksanakan pengelolaan terhadap beberapa penyakit pada anak
usia 2 bulan sampai 5 tahun. Beberapa penyakit yang lazim terjadi pada anak
usia 2 bulan sampai 5 tahun, aantara lain adanya tanda bahaya umum ( tidak bias
minum atau menetek, muntah, kejang, letargis, atau tidak sadar ), batuk dan
sukar bernafas, diare, demam, masalah telinga, status gizi buruk ( malnutrisi
dan anemia ).
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan
kematian balita, Departemen kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah
mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) yang
mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai
tahun 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
3) Memperbaiki praktek keluarga dan
masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita
sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).
5. Pelayanan
Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi
dengan menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang
diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai
berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan
Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit,
terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari
kematian.
Vaksin yang di gunakan adalah :
a.
BCG :
Untuk mencegah penyakit tuberkulosis
b.
Polio
oral vaksin : Untuk mencegah penyakit polio
c.
DPT :
Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertuis, dan Tetanus
d.
Hepatitis
B : Untuk mencegah penyakit Hepatitis B
e.
Campak
: Untuk mencegah penyakit Campak
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan
pada bayi dan anak sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC, tetanus,
difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak dan hepatitis.
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah
sakit.
6. Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah :
a.
Pemberian
makanan bergizi pada bayi dan balita
b.
Menjaga kebersihan balita
c.
Perawatan gigi
d.
Mengatur
makanan anak usia 1-5 tahun.
e.
Pemeriksaan
rutin/berkala terhadap bayi dan balita
f.
peningkatan
kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak
balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan
7.
Pencegahan Muntah Dan Menceret
Penyakit ini
paling sering menyerang Balita. Muntah menceret pada bayi dan anak dapat
disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu:
· Infeksi
pada saluran cerna sendiri
· Intoleransi
terhadap makanan yang diberikan dan
· Infeksi
lainnya diluar saluran cerna.
Pada saat ini
penanganan muntah menceret haruslah dilaksanakan sesegera mungkin, yaitu
dimulai pemberian terapi sejak dari rumah. (therapy begin at home), seperti
pemberian oralit, tablet zinc, dll.
8.
Pencegahan Infeksi Saluran Nafas Akut
Penyakit ini merupakan penyakit yang tersering dijumpai pada anak Balita, baik yang hanya berupa untuk pilek biasa sampai dengan adanya infeksi pada saluran nafas bawah, yaitu infeksi yang mengenai paru-paru.
Penyakit ini merupakan penyakit yang tersering dijumpai pada anak Balita, baik yang hanya berupa untuk pilek biasa sampai dengan adanya infeksi pada saluran nafas bawah, yaitu infeksi yang mengenai paru-paru.
Jika ingin melihat bagaimana tentang pelayanan kesehatan pada anak klik dibawah ini :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar