CSE :)

Loading

Kamis, 02 Januari 2014

Pelayanan Kesehatan Pada Anak



1.       Pelayanan kesehatan pada anak
A.      Pelayanan kesehatan bayi baru lahir
1.       Melakukan penilaian terhadap bayi baru lahir
a.    Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan
b.    Apakah bayi bergerak dengan aktif atau lemas
c.     Jika bayi tidak bernapas atau bernapas megap – megap atau lemah maka segera lakukan tindakan resusitasi bayi baru lahir.

2.       Membebaskan Jalan Nafas nafas
Dengan cara sebagai berikut yaitu bayi normal akan menangis spontan segera setelah lahir, apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan nafas dengan cara sebagai berikut :
a.     Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan hangat.
b.     Gulung sepotong kain dan letakkan di bawah bahu sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala diatur lurus sedikit tengadah ke belakang.
c.    Bersihkan hidung, rongga mulut dan tenggorokkan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kassa steril.
d.    Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3 kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar.
e.    Alat penghisap lendir mulut (De Lee) atau alat penghisap lainnya yang steril, tabung oksigen dengan selangnya harus sudah ditempat
f.     Segera lakukan usaha menghisap mulut dan hidung
g.     Memantau dan mencatat usaha bernapas yang pertama (Apgar Score)
h.     Warna kulit, adanya cairan atau mekonium dalam hidung atau mulut harus diperhatikan.



3.       Merawat tali pusat
a.    Setelah plasenta dilahirkan dan kondisi ibu dianggap stabil, ikat atau jepitkan klem plastik tali pusat pada puntung tali pusat.
b.    Celupkan tangan yang masih menggunakan sarung tangan ke dalam larutan klonin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi tubuh lainnya.
c.    Bilas tangan dengan air matang atau disinfeksi tingkat tinggi
d.    Keringkan tangan (bersarung tangan) tersebut dengan handuk atau kain bersih dan kering.
e.    Ikat ujung tali pusat sekitar 1 cm dari pusat bayi dengan menggunakan benang disinfeksi tingkat tinggi atau klem plastik tali pusat (disinfeksi tingkat tinggi atau steril). Lakukan simpul kunci atau jepitankan secara mantap klem tali pusat tertentu.
f.     Jika menggunakan benang tali pusat, lingkarkan benang sekeliling ujung tali pusat dan dilakukan pengikatan kedua dengan simpul kunci dibagian tali pusat pada sisi yang berlawanan.
g.    Lepaskan klem penjepit tali pusat dan letakkan di dalam larutan klonin 0,5%
h.    Selimuti ulang bayi dengan kain bersih dan kering, pastikan bahwa bagian kepala bayi tertutup dengan baik.
APGAR skor
Pengkajian
Nilai
0
1
2
Denyut jantung
Tidak ada
Lambat, < 100
> 100
Usaha pernafasan
Tidak ada
Lambat, tidak teratur
Mengangis bagus
Keadaan otot
Lembut
Sebagian ekstremitas lemah
Bergerak aktif
Refleks
Tidak ada
Meringis
Menangis dengan keras
Warna
Biru, pucat
Tubuh merah muda, kaki dan tangan biru
Seluruh tubuh merah muda

4.       Pemberian ASI dini dalam 30 menit setelah melahirkan
Inisiasi menyusui dini ( IMD ) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri. Inisiasi menyusui dini (IMD ) akan sangat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI ekslusif. Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusui dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22 % dari bayi yang meninggal sebelum usia 1 bulan. Program ini dilakukan dengan cara langsung meletakkan bayi baru lahir di dada ibunya dan membiarkan bayi mencari untuk menemukan putting susu ibun untuk menyusu. IMD harus dilaksanakan langsung saat lahir, tanpa boleh ditunda dangan kegiatan menimbang atau mengukur bayi. Bayi juga tidak boleh dibersihkan hanya dikeringkan kecuali tangannya. Proses ini harus berlangsung skin to skin antara bayi dan ibu.
Menyusui 1 jam pertama kehidupan yang di awali dengan kontak kulit antara ibu dan bayi dinyatakan sebagai indicator global dan Ini merupakan hal baru bagi Indonesia, dan merupakan program pemerintah khususnya Departemen Kesehatan RI. 
5.         Pencegahan Kehilangan Panas
Mekanisme kehilangan panas

a.       Evaporasi
Penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi sendiri karena setelah lahir, tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
b.       Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan yang dingin, co/ meja, tempat tidur, timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi bila bayi diletakkan di atas benda – benda tersebut
c.       Konveksi
Kehilangan panas tubuh terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin, co/ ruangan yang dingin, adanya aliran udara dari kipas angin, hembusan udara melalui ventilasi, atau pendingin ruangan.
d.      Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda – benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi, karena benda – benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak bersentuhan secara langsung)

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya berikut :’
-           Keringkan bayi dengan seksama
Mengeringkan dengan cara menyeka tubuh bayi, juga merupakan rangsangan taktil untuk membantu bayi memulai pernapasannya.
-          Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih dan hangat
Ganti handuk atau kain yang telah basah oleh cairan ketuban dengan selimut atau kain yang baru (hanngat, bersih, dan kering)
-          Selimuti bagian kepala bayi
Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yg relative luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut tidak tertutup.
-           Anjurkan ibu untuk memeluk dan menyusui bayinya
Pelukan ibu pada tubuh bayi dapat menjaga kehangatan tubuh dan mencegah kehilangan panas. Sebaiknya pemberian ASI harus dimulai dalam waktu satu (1) jam pertama kelahiran
-           Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir
Karena bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya, sebelum melakukan penimbangan, terlebih dahulu selimuti bayi dengan kain atau selimut bersih dan kering. Berat badan bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada saat berpakaian/diselimuti dikurangi dengan berat pakaian/selimut. Bayi sebaiknya dimandikan sedikitnya enam jam setelah lahir.

6.       Memberikan Imunisasi Hb0
7.       Memberikan penyuluhan kepada ibu tenang
a.       Asi ekslusif
Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian ASI eksklusif untuk bayi dibawah 6 bulan
dan makanan pendamping ASI (MPASI) untuk bayi diatas 6 bulan;
Petugas kesehatan sangat berperan dalam keberhasilan proses menyusui, dengan cara memberikan konseling tentang ASI sejak kehamilan, melaksanakan inisiasi menyusui dini (IMD) pada saat persalinan dan mendukung pemberian ASI ekslusif setelahnya.
b.      Cara menyusui bayi yang benardan baik
c.       Cara memandikan bayi
d.      Menjaga kebersihan bayi

8.       Menginformasikan pada ibu tanda bahaya pada bayi
a.       Pernapasan sulit atau > 60 kali per menit, lihatlah retraksi pada waktu bernapas
b.      Suhu teria!u panas > 38°C atau terlalu dingin < 36°C
c.       Warna abnormal, kulit/bibir biru (sianosis), atau pucat, memar atau bayi sangat kuning (terutama 24 jam pertama)
d.      Pemberian AS( sulit, hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah
e.      Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah
f.        Gangguan gastrointestinal misalnya tidak mengeluarkan mekonium selama 3 hari pertama berturut-turut setelah lahir, muntah terus menerus, tinja berdarah atau bertendir
g.       Tidak berkemih dalam 24 jam
h.      Menggigil,atau tangis tidak biasa, lemas, mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus
i.         Mata bengkak dan mengeluarkan cairan
j.        Cari pertolongan bidan atau tenaga medis jika timbul tanda-tanda bahaya

9.       Pemantauan tumbuh kembang bayi untuk meningkatkan kualitas tumbuh kembang
anak melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang bayi
Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang mencakup
a.       Aspek Pertumbuhan:
1)      Timbang berat badannya (BB)
2)      Ukur tinggi badan (TB) dan lingkar kepalanya (LK)
3)      Lihat garis pertambahan BB, TB dan LK pada grafik
        b.       Aspek Perkembangan:
1)      Tanyakan perkembangan anak dengan KPSP (Kuesioner Pra Skrining Perkembangan)
2)      Tanyakan daya pendengarannya dengan TDD (Tes Daya Dengar)
3)      tanyakan daya penglihatannya dengan TDL (Tes Daya Lihat), 
       c.       Aspek Mental Emosional:
1)      KMEE (Kuesioner Masalah Mental Emosional)
2)      CHAT (Check List for Autism in Toddles = Cek Lis Deteksi Dini Autis) 
3)      GPPH (Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas
10.   Pemberian obat yang bersifat sementara pada penyakit ringan sepanjang sesuai
dengan obat-obatan yang sudah ditetapkan dan keperluan segera merujuk pada dokter.
Diantaranya bisa dengan:
a.       Manajemen Terpadu Bayi Sakit (MTBS): 
1)      melakukan kunjungan neonatal oleh bidan desa/kelurahan
2)      upaya pemeriksaan kesehatan terpadu pada bayi muda dan balita
        b.      Pelayanan Pengobatan 
1)      pemeriksaan kejadian kesakitan (morbiditas)
2)      perawatan kesehatan dan penanganan medis
Pemberian dosis obat pada bayi sering kali berbeda, mengingat anak masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan. Pada anak yang lahir premature , penetapan dosis yang diberikan sangat sulit karna fungsi organ belum berfungsi sempurna sehingga proses absorbs,distribusi, metabolism dan eksresi tidak maksimal yang kadang menimbulkan efeksamping yang lebih besar dibandingkan efek terapinya. Pada prinsipnya dosis ditentukan dengan dua standar, yakni berdasarkan dengan luas permukaan rubuh dan berat badan.

B.  Pelayanan kesehatan anak balita
1.       Pemantauan pertumbuhan balita dengan KMS
KMS (Kartu Menuju Sehat) untuk balita adalah alat yang sederhana dan murah, yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan pertumbuhan anak. Oleh karenanya KMS harus disimpan oleh ibu balita di rumah, dan harus selalu dibawa setiap kali mengunjungi posyandu atau fasilitas pelayanan kesehatan, termasuk bidan dan dokter.
KMS-Balita menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak, agar tidak terjadi kesalahan atau ketidak seimbangan pemberian makan pada anak. 
KMS juga dapat dipakai sebagai bahan penunjang bagi petugas kesehatan untuk menentukan jenis tindakan yang tepat sesuai dengan kondisi kesehatan dan gizi anak untuk mempertahankan, meningkatkan atau memulihkan kesehatan- nya. 
KMS berisi catatan penting tentang pertumbuhan, perkembangan anak, imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan anak, pemberian ASI eksklusif dan Makanan Pendamping ASI, pemberian makanan anak dan rujukan ke Puskesmas/ Rumah Sakit.
KMS juga berisi pesan-pesan penyuluhan kesehatan dan gizi bagi orang tua balita tenta ng kesehatan anaknya (Depkes RI, 2000).
Manfaat KMS adalah :
a.      Sebagai media untuk mencatat dan memantau riwayat kesehatan balita secara lengkap, meliputi : pertumbuhan, perkembangan, pelaksanaan imunisasi, penanggulangan diare, pemberian kapsul vitamin A, kondisi kesehatan pemberian ASI eksklusif, dan Makanan Pendamping ASI.
b.      Sebagai media edukasi bagi orang tua balita tentang kesehatan anak
c.       Sebagai sarana komunikasi yang dapat digunakan oleh petugas untuk menentukan penyuluhan dan tindakan pelayanan kesehatan dan gizi.

2.        Pemberian Kapsul Vitamin A 
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangat diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk kesehatan mata ( agar dapat melihat dengan baik ) dan untuk kesehatan tubuh yaitu meningkatkan daya tahan tubuh, jaringan epitel, untuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan infeksi lain.
Upaya perbaikan gizi masyarakat dilakukan pada beberapa sasaran yang diperkirakan banyak mengalami kekurangan terhadap Vitamin A, yang dilakukan melalui pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi pada bayi dan balita yang diberikan sebanyak 2 kali dalam satu tahun. (Depkes RI, 2007)
Vitamin A terdiri dari 2 jenis :
a.      Kapsul vitamin A biru ( 100.000 IU ) diberikan pada bayi yang berusia 6-11 bulan satu kali dalam satu tahun
b.      Kapsul vitamin A merah ( 200.000 IU ) diberikan kepada balita
Kekurangan vitamin A disebut juga dengan xeroftalmia ( mata kering ).
Hal ini dapat terjadi karena serapan vitamin A pada mata mengalami pengurangan sehingga terjadi kekeringan pada selaput lendir atau konjungtiva dan selaput bening ( kornea mata ).
Pemberian vitamin A termasuk dalam program Bina Gizi yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan setiap 6 bulan yaitu bulan Februari dan Agustus, anak-anak balita diberikan vitamin A secara gratis dengan target pemberian 80 % dari seluruh balita. Dengan demikian diharapkan balita akan terlindungi dari kekurangan vitamin A terutama bagi balita dari keluarga menengah kebawah.
3.        Pelayanan Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup :
a.       Penimbangan berat badan
b.      Penentuan status pertumbuhan
c.       Penyuluhan
d.        Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang, apabila ditemukan kelainan, segera ditunjuk ke Puskesmas.
4.        Manajemen terpadu balita sakit
Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) atau Integrated Management of Childhood Illness (IMCI) adalah suatu pendekatan yang terintegrasi/terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus kepada kesehatan anak usia 0-59 bulan (balita) secara menyeluruh. MTBS bukan merupakan suatu program kesehatan tetapi suatu pendekatan/cara menatalaksana balita sakit. Kegiatan MTBS merupakan upaya pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian sekaligus meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di unit rawat jalan kesehatan dasar (Puskesmas dan jaringannya termasuk Pustu, Polindes, Poskesdes, dll).
Bila dilaksanakan dengan baik, pendekatan MTBS tergolong lengkap untuk mengantisipasi penyakit-penyakit yang sering menyebabkan kematian bayi dan balita di Indonesia. Dikatakan lengkap karena meliputi upaya preventif (pencegahan penyakit), perbaikan gizi, upaya promotif (berupa konseling) dan upaya kuratif (pengobatan) terhadap penyakit-penyakit dan masalah yang sering terjadi pada balita. Badan Kesehatan Dunia WHO telah mengakui bahwa pendekatan MTBS sangat cocok diterapkan negara-negara berkembang dalam upaya menurunkan angka kematian, kesakitan dan kecacatan pada bayi dan balita. 
Kegiatan MTBS memliliki 3 komponen khas yang menguntungkan, yaitu:
a.       Meningkatkan ketrampilan petugas kesehatan dalam tatalaksana kasus balita sakit (selain dokter, petugas kesehatan non-dokter dapat pula memeriksa dan menangani pasien asalkan sudah dilatih).
b.      Memperbaiki sistem kesehatan (perwujudan terintegrasinya banyak program kesehatan dalam 1 kali pemeriksaan MTBS).
Dalam pelaksanaannya, MTBS ini dibedakan dalam 2 kategori, yaitu :
1)      Manajemen Terpadu Bayi Muda ( Usia 1 hari sampai 2 bulan )
Pengelolaan bayi sakit pada usia 1 hari sampai 2 bulan ini, meliputi penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan, penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut.
Dalam manajemen terpadu bayi muda ini, dilakukan pengelolaan terhadap penyakit-penyakit yang lazim terjadi pada bayi muda, antara lain adanya kejang, gangguan nafas, hipotermi, kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, gangguan saluran cerna, diare serta kemungkinan berat badan rendah dan masalah pemberian ASI.
2)      Manajemen Terpadu Balita Sakit Umur 2 Bulan sampai 5 Tahun
Tahapan pelaksanaan manajemen terpadu balita sakit pada usia 2 bulan sampai 5 tahun ini sama seperti manajemen terpadu  bayi muda, yaitu penilaian tanda dan gejala, penentuan klasifikasi dan tingkat kegawatan, penentuan tindakan dan pengobatan, pemberian konseling, pemberian pelayanan dan tindak lanjut. Dalam MTBS usia 2 bulan sampai 5 tahun ini, dilaksanakan pengelolaan terhadap beberapa penyakit pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun. Beberapa penyakit yang lazim terjadi pada anak usia 2 bulan sampai 5 tahun, aantara lain adanya tanda bahaya umum ( tidak bias minum atau menetek, muntah, kejang, letargis, atau tidak sadar ), batuk dan sukar bernafas, diare, demam, masalah telinga, status gizi buruk ( malnutrisi dan anemia ).
Sebagai upaya untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian balita, Departemen kesehatan RI bekerja sama dengan WHO telah mengembangkan paket pelatihan Manajemen Terpadu Balita Sakit ( MTBS ) yang mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 1996 dan implementasinya dimulai tahun 1997 dan saat ini telah mencakup 33 provinsi.
3)      Memperbaiki praktek keluarga dan masyarakat dalam perawatan di rumah dan upaya pencarian pertolongan kasus balita sakit (meningkatkan pemberdayaan masyarakat dalam pelayanan kesehatan).


5.          Pelayanan Immunisasi
Imunisasi adalah upaya pencegahan penyakit infeksi dengan menyuntikkan vaksin kepada anak sebelum anak terinfeksi. Anak yang diberi imunisasi akan terlindung dari infeksi penyakit-penyakit: sebagai berikut: TBC, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejan), Polio, Campak dan Hepatitis B. Dengan imunisasi, anak akan terhindar dari penyakit-penyakit, terhindar dari cacat, misalnya lumpuh karena Polio, bahkan dapat terhindar dari kematian. 
Vaksin yang di gunakan adalah :
a.       BCG : Untuk mencegah penyakit tuberkulosis
b.      Polio oral vaksin : Untuk mencegah penyakit polio
c.       DPT : Untuk mencegah penyakit Difteri, Pertuis, dan Tetanus
d.      Hepatitis B : Untuk mencegah penyakit Hepatitis B
e.       Campak : Untuk mencegah penyakit Campak
Imunisasi bermanfaat untuk memberikan kekebalan pada bayi dan anak sehingga tidak mudah tertular penyakit:TBC, tetanus, difteri, pertusis (batuk rejan), polio, campak dan hepatitis. 
Imunisasi dapat diperoleh di Posyandu, Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Puskesmas Keliling, Praktek dokter atau bidan, dan di Rumah sakit. 

6.       Konseling pada keluarga balita
Konseling yang dapat diberikan adalah : 
a.       Pemberian makanan bergizi pada bayi dan balita
b.      Menjaga kebersihan balita
c.       Perawatan gigi
d.      Mengatur makanan anak usia 1-5 tahun.
e.       Pemeriksaan rutin/berkala terhadap bayi dan balita
f.        peningkatan kesehatan pola tidur, bermain, peningkatan pendidikan seksual dimulai sejak balita (sejak anak mengenal idenitasnya sebagai laki-laki atau perempuan

7.       Pencegahan Muntah Dan Menceret 
Penyakit ini paling sering menyerang Balita. Muntah menceret pada bayi dan anak dapat disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: 
·         Infeksi pada saluran cerna sendiri 
·         Intoleransi terhadap makanan yang diberikan dan 
·         Infeksi lainnya diluar saluran cerna. 
Pada saat ini penanganan muntah menceret haruslah dilaksanakan sesegera mungkin, yaitu dimulai pemberian terapi sejak dari rumah. (therapy begin at home), seperti pemberian oralit, tablet zinc, dll.

8.       Pencegahan Infeksi Saluran Nafas Akut
Penyakit ini merupakan penyakit yang tersering dijumpai pada anak Balita, baik yang hanya berupa untuk pilek biasa sampai dengan adanya infeksi pada saluran nafas bawah, yaitu infeksi yang mengenai paru-paru. 


Jika ingin melihat bagaimana tentang pelayanan kesehatan pada anak klik dibawah ini :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar