BAB
II
PENDAHULUAN
II.1.
Pengertian ISK
Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang terjadi akibat terbentuknya koloni
kuman di saluran kemih. Beberapa istilah penting yang sering dipergunakan dalam
klinis mengenai ISK adalah:
1.
ISK
sederhana, yaitu ISK pada pasien tanpa disertai kelainan anatomi maupun
kelainan struktur saluran kemih.
2.
ISK
kompleks, yaitu ISK yang terjadi pada pasien yang menderita kelainan anatomis/
struktur saluran kemih, atau adanya penyakit sistemik. Kelainan ini akan
menyulitkan pemberantasan kuman oleh antibiotika.
3.
First
infection (infeksi
pertama kali) atau isolated infection, yaitu ISK yang baru pertama
kali diderita atau infeksi yang didapat setelah sekurangkurangnya 6 bulan
bebas dari ISK.
4.
Infeksi
berulang, yaitu timbulnya kembali bakteriuria setelah sebelumnya dapat dibasmi
dengan pemberian antibiotika pada infeksi yang pertama. Timbulnya infeksi
berulang ini dapat berasal dari re-infeksi atau bakteriuria persisten. Pada
re-infeksi kuman berasal dari luar saluran kemih, sedangkan bakteriuria
persisten bakteri penyebab berasal dari dalam saluran kemih itu sendiri.
2.2. Klasifikasi
Infeksi saluran kemih dapat diklasifikasikan berdasarkan
anatomi, yaitu:
a. Infeksi saluran kemih atas
1.
Pielonefritis
akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal yang disebabkan oleh
infeksi bakteri.
2.
Pielonefritis
kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari infeksi bakteri berkepanjangan
atau infeksi sejak masa kecil. Obstruksi saluran kemih serta refluks
vesikoureter dengan atau tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan
jaringan ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang spesifik.
b. Infeksi saluran kemih bawah
1. Sistitis, adalah presentasi klinis
infeksi saluran kemih disertai bakteriuria bermakna.
2. Sindroma uretra akut (SUA), adalah
presentasi klinis sistitis tanpa ditemukan mikroorganisme (steril).
2.2.1.
Pielonefritis
Pielonefritis adalah infeksi pada ginjal itu sendiri.
Pielonefritis dapat bersifat akut atau kronik. Pielonefritis akut biasanya
terjadi akibat infeksi kandung kemih asendens. Pielonefritis akut juga dapat
terjadi melalui infeksi hematogen.
Pielonefritis
kronik dapat terjadi akibat infeksi berulang, dan biasanya dijumpai pada
individu yang mengidap batu, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pada
pielonefritis kronik, terjadi pembentukan jaringan parut dan obstruksi tubulus
yang luas. Kemampuan ginjal untuk memekatkan urin menurun karena rusaknya
tubulus-tubulus. Glomerulus biasanya tidak terkena, hal ini dapat menimbulkan
gagal ginjal kronik.
2.2.2.
Cystitis
Cystitis adalah inflamasi kandung
kemih yang paling sering disebabkan oleh infeksi asenden dari uretra. Penyebab
lainnya mungkin aliran balik urine dari uretra kedalam kandung kemih.
Kontaminasi fekal atau penggunaan kateter atau sistoskop.
Beberapa penyelidikan menunjukkan 20% dari
wanita-wanita dewasa tanpa mempedulikan umur setiap tahun mengalami disuria dan
insidennya meningkat sesuai pertumbuhan usia dan aktifitas seksual,
meningkatnya frekwensi infeksi saluran perkemihan pada wanita terutama yang
gagal berkemih setelah melakukan hubungan seksual dan diperkirakan pula karena
uretra wanita lebih pendek dan tidak mempunyai substansi anti mikroba seperti
yang ditemukan pada cairan seminal.
Infeksi ini berkaitan juga dengan penggunaan
kontrasepsi spermasida-diafragma karena kontrsepsi ini dapat menyebabkan
obstruksi uretra parsial dan mencegah pengosongan sempurna kandung kemih.
Cistitis pada pria merupakan kondisi sekunder akibat bebarapa faktor misalnya
prostat yang terinfeksi, epididimitis, atau batu pada kandung kemih.
Cystitis dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu;
a.
Cystitis primer,merupakan radang yang mengenai kandung
kemih radang ini dapat terjadi karena penyakit lainseperti batu pada kandung
kemih, divertikel, hipertropi prostat dan striktura uretra.
b. Cystitis sekunder, merukan gejala
yang timbul kemudian sebagai akibat dari penyakit primer misalnya uretritis dan
prostatitis
2.3.
Epidemiologi
Infeksi
saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian
infeksi saluran kemih pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai
10-100 kali lebih besar disbanding bayi dengan berat lahir normal
(0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran kemih lebih banyak
terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian besar infeksi
saluran kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak usia pra sekolah
di mana infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%, sementara pada
laki-laki hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di usia sekolah,
kejadian infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih besar
dibanding pada anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko infeksi
saluran kemih menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang tidak
disunat. Pada usia 2 bulan – 2 tahun, 5% anak dengan infeksi saluran kemih
mengalami demam tanpa sumber infeksi dari riwayat dan pemeriksaan fisik.
Sebagian besar infeksi saluran kemih dengan gejala tunggal demam ini terjadi
pada anak perempuan.
Faktor resiko yang berpengaruh terhadap infeksi saluran kemih:
-
Panjang urethra. Wanita mempunyai
urethra yang lebih pendek dibandingkan pria sehingga lebih mudah
-
Faktor usia. Orang tua lebih mudah
terkena dibanndingkan dengan usia yang lebih muda.
-
Wanita hamil lebih mudah terkena
oenyakit ini karena penaruh hormonal ketika kehamilan yang menyebabkan
perubahan pada fungsi ginjal dibandingkan sebelum kehamilan.
-
Faktor hormonal seperti menopause.
Wanita pada masa menopause lebih rentan terkena karena selaput mukosa yang
tergantung pada esterogen yang dapat berfungsi sebagai pelindung.
-
Gangguan pada anatomi dan
fisiologis urin. Sifat urin yang asam dapat menjadi antibakteri alami tetapi
apabila terjadi gangguan dapat menyebabkan menurunnya pertahanan terhadap
kontaminasi bakteri.
-
Penderita diabetes, orang yang
menderita cedera korda spinalis, atau menggunakan kateter dapat mengalami
peningkatan resiko infeksi.
Sebagian besar infeksi saluran kemih tidak dihubungkan dengan faktor
risiko tertentu. Namun pada infeksi saluran kemih berulang, perlu dipikirkan
kemungkinan faktor risiko seperti :
- Kelainan fungsi atau kelainan anatomi saluran kemih
- Gangguan pengosongan kandung kemih (incomplete
bladder emptying)
- Konstipasi
- Operasi saluran kemih atau instrumentasi lainnya
terhadap saluran kemih sehingga terdapat kemungkinan terjadinya
kontaminasi dari luar.
- Kekebalan tubuh yang rendah
2.4.
Etiologi
Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih
adalah jenis bakteri aerob. Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni
oleh bakteri atau mikroba lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita
dapat dihuni oleh bakteri yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang
mendekati kandung kemih. Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh
bakteri, namun tidak tertutup kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur
dan virus. Infeksi oleh bakteri gram positif lebih jarang terjadi jika
dibandingkan dengan infeksi gram negatif.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari
vagina, perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur) atau dari pasangan
(akibat hubungan seksual), masuk ke dalam saluran kemih. Bakteri itu kemudian
berkembang biak di saluran kemih sampai ke kandung kemih, bahkan bisa sampai ke
ginjal.
Bakteri infeksi saluran kemih dapat disebabkan oleh
bakteri-bakteri di bawah ini :
A. Kelompok
anterobacteriaceae seperti :
1. Escherichia coli
2. Klebsiella pneumoniae
3. Enterobacter aerogenes
4. Proteus
5. Providencia
6. Citrobacter
B. Pseudomonas
aeruginosa
C.
Acinetobacter
D. Enterokokus
faecalis
E.
Stafilokokus sarophyticus
A. Enterobacteriacea
Enterobacteriaceae adalah kuman yang hidup diusus besar
manusia dan hewan, tanah, air dan dapat pula ditemukan pada komposisi material.
Sebagian kuman enterik ini tidak menimbulkan penyakit pada host (tuan rumah)
bila kuman tetap berada di dalarn usus besar, tetapi pada keadaan-keadaan
dimana terjadi perubahan pada host atau bila ada kesempatan memasuki bagian
tubuh yang lain, banyak diantara kuman ini mampu menimbulkan penyakit pada tiap
jaringan tubuh manusia. Organisme-organisme di dalam famili ini pada
kenyataannya mempunyai peranan penting di dalam infeksi nosokomial misalnya
sebagai penyebab infeksi saluran kemih, infeksi pada luka, dan infeksi lainnya.
- Morfologi
Kuman enterik adalah kuman berbentuk batang pendek dengan
ukuran 0,5 um x 3,0 um negatif gram tidak berspora, gerak positif dengan flagel
peritrik (Salmonella, Proteus, Escherichia) atau gerak negatif (Shigella,
Klebsiella), mempunyai kapsul/selubung yang jelas seperti pada Klebsiella atau
hanya berupa selubung tipis pada Escherichia atau tidak berkapsul sama sekali.
Sebagian besar spesies mempunyai fili atau fimbriae yang berfungsi sebagai alat
perlekatan dengan bakteri lain.
- Biakan dan ciri pertumbuhan
Sifat biakan kuman enterik adalah koloni kuman biasanya
basah, halus, keabu-abuan, permukaannya licin, hemolisis yaitu bila ada tipe
beta dan pada perbenihan cair tumbuh secara difus.
Macam-macam perbenihan yang dipakai untuk isolasi kuman
enterik adalah :
1. Diferensial
Agar Mc.Conkey, agar Eosin Methylene Blue, agar
Desoxycholate. Pada perbenihan ini hampir semua jenis kuman tumbuh.
2. Selektif
Agar Salmonella-Shigella, agar Desoxycholate citrat.
Perbenihan ini khusus untuk mengisolasi kuman usus patogen.
3. Persemaian
Kaldu GN, kaldu selenit, kaldu tetrathionat. Kuman usus
pathogen tumbuh lebih subur .
- Ciri pertumbuhan
Pada pola peragian karbohidrat dan aktifitas
dekarboksilase asam amino, serta enzim lain biasanya digunakan dalam pembedaan
biokimia. Beberapa tes misalnya pembentukan indol dari Triptofan, biasanya
digunakan untuk pengenalan cepat, sementara yang lain misalnya reaksi
Voges-Proskauer (Pembentukan asetil-metilkarbinol dari dekstrosa) biasanya
lebih jarang digunakan.
- Daya tahan kuman
Kuman enterik tidak membentuk spora, mudah dimatikan
dengan desinfektan kosentrasi rendah. Zat-zat seperti fenol, formaldehid,
B-glutaraldehid, komponen halogen bersifat bakterisid.
Pemberian klor pada air dapat mencegah penyebaran kuman
enterik, khususnya kuman penyebab penyakit tifus, dan penyakit usus lain. Kuman
enterik toleran terhadap garam empedu dan zat warna bakteriostatik, sehingga
zat-zat ini dipakai dalam perbenihan untuk isolasi primer. Toleran terhadap
dingin, hidup berbulan-bulan di dalam es. Peka terhadap kekeringan, menyukai
suasana yang cukup lembab, mati pada pasteurisasi.
- Struktur
antigen
Karakterisasi, antigen berperan penting di dalarn
epidemiologi dan klasifikasi, khususnya pada genus tertentu seperti pada
Salmonella -Shigella. Komponen utama sel bakteri adalah; antigen somatik (O),
antigen flagel (H), dan antigen kapsul (K).
- Kolisin (bakteriosin)
Banyak organisme gram-negatif menghasilkan bakteriosin.
Zat-zat bakteriosidal ini dihasilkan oleh strain bakteri tertentu yang aktif
terhadap strain bakteri lain dari spesies yang sama atau spesies yang serumpun.
Pembentukannya dikendalikan oleh plasmid. Kolisin dihasilkan oleh E.coli,
mersasin oleh Serratia, dan piosin oleh Pseudomonas. Strain yang
menghasilkan bakteriosin resisten terhadap bakteriosinnya sendiri, karena itu
bakteriosin dapat digunakan untuk "menentukan tipe" organisme.
- Toksin dan enzim
Sebagian besar bakteri-gram negatif memiliki
lipopolisakarida kompleks pada dinding selnya. Zat ini suatu endotoksin,
mempunyai efek patofisiologis. Banyak kuman gram-negatif menghasilkan
eksotoksin yang penting dalam klinik.
- Contoh Enterobacteria yang menyebabkan
infeksi saluran kemih
1. Escherichia coli
§ Morfologi
Kuman ini berbentuk batang pendek, gemuk, berukuran 2,4 u
x 0,4 sampai 0,7 u; gram-negatif, tak bersimpai, bergerak aktif dan tidak
berspora.
§ Patogenisitas
Eschericia coli adalah penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan
penyebab infeksi saluran kemih pertama pada kira-kira 90% wanita muda. Gejala
dan tanda-tandanya antara lain sering kencing, disuria, hematuria, dan puria.
Nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian atas. Tak
satupun dari gejala atau tanda-tanda ini bersifat khusus untuk bakteri E.
coli. Infeksi saluran kemih dapat mengakibatkan bakterimia dengan
tanda-tanda khusus sepsis.
E.coli
yang nefropatogenik secara khas menghasilkan hemolisin. Kebanyakan infeksi
disebabkan oleh E.coli dengan sejumlah kecil tipe antigen O. Antigen K
tampaknya penting dalam patogenesis infeksi saluran atas. Pieloneftritis
berhubungan dengan jenis philus khusus, philus P yang mengikat zat golongan darah
P.
Infeksi saluran kemih misalnya sistitis, pielitis dan
pielonefritis. Infeksi dapat terjadi akibat sumbatan saluran kemih karena
adanya pembesaran prostat dan kehamilan. E.coli yang biasa menyebabkan
infeksi saluran kemih ialah jenis 01, 2, 4, 6, dan 7. Jenis-jenis pembawa
antigen K dapat menyebabkan timbulnya piolonefritis.
2. Klebsiella
Klebsiella pneumoniae
kadang-kadang menyebabkan infeksi saluran kemih dan bakteremia dengan lesi
fokal pada pasien yang lemah. Ditemukan pada selaput lendir saluran napas
bagian atas, usus dan saluran kemih dan alat kelamin. Tidak bergerak,
bersimpai, tumbuh pada perbenihan biasa dengan membuat koloni berlendir yang
besar yang daya lekatnya berlainan.
3. Enterobacter aerogenes
Organisme ini mempunyai simpai yang kecil, dapat hidup
bebas seperti dalam saluran usus, serta menyebabkan saluran kemih dan sepsis.
Infeksi saluran kemih terjadi melalui infeksi nosokomial.
4. Proteus
Kuman ini adalah kuman patogen oportunis. Dapat
menyebabkan infeksi saluran kemih atau kelainan bemanah seperti abses, infeksi
luka, infeksi telinga atau saluran napas. Spesies proteus dapat menyebabkan
infeksi pada manusia hanya bila bakteri itu meninggalkan saluran usus. Spesies
ini ditemukan pada infeksi saluran kemih dan menyebabkan bakterimia, pneumonia
dan lesi fokal pada penderita yang lemah atau pada penderita yang menerima
infus intravena.
P.mirabilis menyebabkan infeksi saluran kemih dan kadang-kadang infeksi lainnya. Karena
itu, pada infeksi saluran kemih oleh Proteus urine bersifat basa,
sehingga memudahkan pembentukan batu dan praktis tidak mungkin mengasamkannya.
Pergerakan cepat oleh Proteus mungkin ikut berperan dalam invasinya
terhadap saluran kemih. Spesies Proteus menghasilkan urease
mengakibatkan hidrolisis urea yang cepat dengan pembebasan amonia.
5. Providencia
Spesies Providensia (Providencia rettgeri, Providencia
alcalifaciens dan Providencia stuartii) adalah anggota flora usus
normal. Semuanya menyebabkan infeksi saluran kemih dan sering resisten terhadap
pengobatan antimikroba.
6. Citrobacter
Citrobacter dapat menyebabkan infeksi saluran kemih dan sepsis.
B. Pseudomonas
aeroginosa
§ Morfologi
Batang gram negatif, 0,5 -1,0 x 3,0 -4,0 um. Umumnya
mempunyai flagel polar, tetapi kadang-kadang 2-3 flagel. Bila tumbuh pada
perbenihan tanpa sukrosa terdapat lapisan lendir polisakarida ekstraseluler
Struktur dinding gel sama dengan famili Enterobacteriaceae. Strain yang
diisolasi dari bahan klinik sering mempunyai phili untuk perlekatan pada
permukaan gel dan memegang peranan penting dalam resistensi terhadap
fagositosis.
§ Ciri-ciri pertumbuhan
P.aeroginosa tumbuh baik pada suhu 3-42°C. Tumbuh pada suhu 42°C membantu membedakan
spesies ini dari spesies Pseudomonas lain. Bakteri ini oksidase positif
dan tidak meragi karbohidrat, tetapi banyak strain yang mengoksidasi glukosa.
Pengenalan biasanya berdasarkan morfologi koloni, sifat oksidase positif,
adanya daya pigmen yang khas dan pertumbuhannya pada suhu 42°C untuk membedakan
Pseudomonas aeruginosa dengan yang lain.
§ Struktur antigen dan toksin
Phili (fimbriae) menjulur dari permukaan gel dan membantu
pelekatan pada gel epitel inang. Simpai polisakarida membentuk koloni mukoid
yang terlihat pada biakan dari penderita penyakit fibrosis kistik. P.aeruginosa
dapat ditentukan tipenya berdasarkan imuno tipe lipopolisakarida dan
kepekaannya terhadap piosin (bakteriosin). Kebayakan isolat P.aeruginosa
dari infeksi klinis menghasilkan enzim ekstrasel, termasuk elastase, protease
dan dua hemolisin : suatu fosfolipase C yang tidak tahan panas dan suatu glikolipid
yang tahan panas.
Banyak strain P.aeruginosa yang menghasilkan
eksotoksin A, yang menyebabkan nekrosis jaringan dan dapat mematikan hewan hila
disuntikkan dalam bentuk murni. Toksin ini menghambat sintesis protein dengan
cara kerja yang sama dengan cara kerja toksin difteria, meskipun struktur ke
dua toksin itu tidak sama. Antitoksin terhadap eksotoksin A ditemukan dalam
beberapa serum manusia, termasuk serum penderita yang telah sembuh dari infeksi
P.aeruginosa yang berat.
§ Patogenesis
P.aeruginosa bersifat patogen bila masuk ke daerah yang fungsi pertahanannya abnormal,
misalnya bila selaput mukosa dan kulit "robek" karena kerusakan kulit
langsung ; pada pemakaian kateter intravena atau kateter air kemih ; atau bila
terdapat netropenia, misalnya pada kemoterapi kanker. Kuman melekat dan
mengkoloni selaput mukosa atau kulit dan menginvasi secara lokal dan
menimbulkan penyakit sistemik. Proses ini dibantu oleh phili, enzim dan tosin.
Lipopolisakarida berperan langsung yang menyebabkan demam, syok, oliguria,
leukositosis, dan leukopenia, disseminated intravascular coagulation dan
respiratory distress syndrome pada orang dewasa.
C. Acinetobacter
Acinetobacter calroaceticus adalah spesies bakteri gram-negatif aerob yang tersebar
luas ditanah dan air dan kadang-kadang dapat dibiakkan dari kulit, selaput
mukosa dan sekresi.
§ Morfologi
Acinetobacter biasanya tampak berbentuk kokobasil atau kokus ; bakteri ini menyerupai
neisseria pada sediaan apus, karena bentuk diplokokus banyak terdapat dalam
cairan tubuh dan pada perbenihan padat. Ada yang berbentuk batang dan
kadang-kadang bakteri tampak bersifat gram positif.
§ Patogenesis
Acinetobacter yang ditemukan pada saluran kelamin wanita sering dikacaukan dengan dengan
N.gonorrhoeae tetapi N.gonorrhoeae menghasilkan oksidase positif
sedangkan Acinetobacter tidak. Acinetobakter yang ditemukan padan
infeksi saluran kemih dapat terjadi melalui pemakaian kateter intravena atau
kateter saluran kemih.
D. Streptococcus
§ Morfologi
Kokus tunggal berbentuk bulat atau bulat telur, tersusun
dalam bentuk rantai .Kokus membelah pada bidang yang tegak lurus sumbu panjang
rantai. Anggota rantai sering tampak sebagai diplokokus dan bentuknya
kadang-kadang menyerupai batang.
§ Sifat-sifat khas pertumbuhan
Energi terutama diperoleh dari penggunaan gula.
Pertumbuhan streptokokus cendrung kurang subur pada perbenihan padat atau dalam
kaldu, kecuali yang diperkaya dengan darah atau cairan jaringan. Kuman yang
patogen pada manusia paling banyak membutuhkan faktor-faktor pertumbuhan.
Pertumbuhan dan hemolisis dibantu dengan pengeraman dalam CO2 10%.
E. Enterococcus
faecalis
Terdapat sedikitnya 12 spesies enterokokus. Enterococcus
faecalis merupakan yang paling sering dan menyebabkan 85-90% infeksi enterokokus.
Enterokokus adalah yang paling sering menyebabkan infeksi nosokomial, terutama
pada unit perawatan intensif, dan hanya pada pengobatan dengan sefalosporin dan
antibiotika lainnya dimana mereka bersifat resisten. Enterokokus ditularkan
dari satu pasien ke pasien lainnya terutama melalui tangan perawat kesehatan
yang beberapa diantara mereka mungkin pembawa enterokokus pencernaannya.
Enterokokus kadang-kadang ditularkan melalui melalui alat-alat kedokteran. Pada
pasien tempat yang paling sering terkena infeksi adalah saluran kemih, luka
tusuk dan saluran empedu dan darah.
F. Stafilococcus
saprophyticus
Stafilokokus secara khas tidak berpigmen, resisten
terhadap novobiosin, dan nonhemolitik; bakteri ini menyebabkan infeksi saluran
kemih pada wanita muda.
2.5.
Cara Penularan
Bakteri masuk ke saluran kemih manusia dapat melalui
beberapa cara yaitu :
-
Penyebaran
endogen yaitu kontak langsung dari tempat infeksi terdekat
-
Hematogen
-
Limfogen
-
Eksogen
sebagai akibat pemakaian alat berupa kateter atau sistoskopi
Dua jalur utama
masuknya bakteri ke saluran kemih adalah jalur hematogen dan asending, tetapi
asending lebih sering terjadi.
1. Infeksi hematogen (desending)
Infeksi hematogen kebanyakan terjadi pada pasien dengan
daya tahan tubuh rendah, karena menderita suatu penyakit kronik, atau pada
pasien yang sementara mendapat pengobatan imunosupresif. Penyebaran hematogen
dapat juga terjadi akibat adanya fokus infeksi di salah satu tempat. Contoh
mikroorganisme yang dapat menyebar secara hematogen adalah Staphylococcus
aureus, Salmonella sp, Pseudomonas, Candida sp., dan Proteus sp.
Ginjal yang normal biasanya mempunyai daya tahan terhadap
infeksi E.coli karena itu jarang terjadi infeksi hematogen E.coli. Ada beberapa
tindakan yang mempengaruhi struktur dan fungsi ginjal yang dapat meningkatkan
kepekaan ginjal sehingga mempermudah penyebaran hematogen. Hal ini dapat
terjadi pada keadaan sebagai berikut :
ü Adanya bendungan total aliran urin
ü Adanya bendungan internal baik karena jaringan parut
maupun terdapatnya presipitasi obat intratubular, misalnya sulfonamide
ü Terdapat faktor vaskular misalnya kontriksi pembuluh
darah
ü Pemakaian obat analgetik atau estrogen
ü Pijat ginjal
ü Penyakit ginjal polikistik
ü Penderita diabetes melitus
2. Infeksi asending
- Kolonisasi uretra dan daerah introitus vagina
Saluran kemih yang normal umumnya tidak mengandung
mikroorganisme kecuali pada bagian
distal uretra yang biasanya juga dihuni oleh bakteri normal kulit seperti basil
difteroid, streptpkokus. Di samping bakteri normal flora kulit, pada wanita,
daerah 1/3 bagian distal uretra ini disertai jaringan periuretral dan vestibula
vaginalis yang juga banyak dihuni oleh bakteri yang berasal dari usus karena
letak usus tidak jauh dari tempat tersebut. Pada wanita, kuman penghuni terbanyak
pada daerah tersebut adalah E.coli di samping enterobacter dan S.fecalis.
Kolonisasi E.coli pada wanita didaerah tersebut diduga karena :
ü adanya perubahan flora normal di daerah perineum
ü Berkurangnya antibodi lokal
ü Bertambahnya daya lekat organisme pada sel epitel wanita
- Masuknya mikroorganisme dalam kandung kemih
Proses masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih belum diketahui dengan jelas. Beberapa faktor yang
mempengaruhi masuknya mikroorganisme ke dalam kandung kemih adalah :
1) Faktor anatomi
Kenyataan bahwa infeksi saluran kemih lebih banyak
terjadi pada wanita daripada laki-laki disebabkan karena :
ü Uretra wanita lebih pendek dan terletak lebih dekat anus
ü Uretra laki-laki bermuara saluran kelenjar prostat dan
sekret prostat merupakan antibakteri yang kuat
2) Faktor tekanan urin pada waktu miksi
Mikroorganisme naik ke kandung kemih pada waktu miksi
karena tekanan urin. Selama miksi terjadi refluks ke dalam kandung kemih
setelah pengeluarann urin.
3) Faktor lain, misalnya
ü Perubahan hormonal pada saat menstruasi
ü Kebersihan alat kelamin bagian luar
ü Adanya bahan antibakteri dalam urin
ü Pemakaian obat kontrasepsi oral
- Multiplikasi bakteri dalam kandung kemih dan
pertahanan kandung kemih
Dalam keadaan normal, mikroorganisme yang masuk ke dalam
kandung kemih akan cepat menghilang, sehingga tidak sempat berkembang biak
dalam urin. Pertahanan yang normal dari kandung kemih ini tergantung tiga
faktor yaitu :
1) Eradikasi organisme yang disebabkan oleh efek pembilasan
dan pemgenceran urin
2) Efekantibakteri dari urin, karena urin mengandung asam
organik yang bersifat bakteriostatik. Selain itu, urin juga mempunyai tekanan
osmotik yang tinggi dan pH yang rendah
3) Mekanisme pertahanan mukosa kandung kemih yang intrinsik
Mekanisme pertahanan mukosa ini diduga ada hubungannya
dengan mukopolisakarida dan glikosaminoglikan yang terdapat pada permukaan
mukosa, asam organik yang bersifat bakteriostatik yang dihasilkan bersifat
lokal, serta enzim dan lisozim. Selain itu, adanya sel fagosit berupa sel
neutrofil dan sel mukosa saluran kemih itu sendiri, juga IgG dan IgA yang
terdapat pada permukaan mukosa. Terjadinya infeksi sangat tergantung pada
keseimbangan antara kecepatan proliferasi bakteri dan daya tahan mukosa kandung
kemih.
Eradikasi bakteri dari kandung kemih menjadi terhambat
jika terdapat hal sebagai berikut : adanya urin sisa, miksi yang tidak kuat,
benda asing atau batu dalam kandung kemih, tekanan kandung kemih yang tinggi
atau inflamasi sebelumya pada kandung kemih.
- Naiknya bakteri dari kandung kemih ke ginjal
Hal ini disebabkan oleh refluks vesikoureter dan
menyebarnya infeksi dari pelvis ke korteks karena refluks internal. Refluks
vesikoureter adalah keadaan patologis karena tidak berfungsinya valvula
vesikoureter sehingga aliran urin naik dari kandung kemih ke ginjal. Tidak
berfungsinya valvula vesikoureter ini disebabkan karena :
ü Memendeknya bagian intravesikel ureter yang biasa terjadi
secara kongenital
ü Edema mukosa ureter akibat infeksi
ü Tumor pada kandung kemih
ü Penebalan dinding kandung kemih
2.6. Gambaran Klinis
Gejala – gejala dari cystitis sering meliputi:
·
Gejala
yang terlihat, sering timbulnya dorongan untuk berkemih
·
Rasa
terbakar dan perih pada saat berkemih
·
Seringnya
berkemih, namun urinnya dalam jumlah sedikit (oliguria)
·
Adanya
sel darah merah pada urin (hematuria)
·
Urin
berwarna gelap dan keruh, serta adanya bau yang menyengat dari urin
·
Ketidaknyamanan
pada daerah pelvis renalis
·
Rasa
sakit pada daerah di atas pubis
·
Perasaan
tertekan pada perut bagian bawah
·
Demam
·
Anak
– anak yang berusia di bawah lima tahun menunjukkan gejala yang nyata, seperti
lemah, susah makan, muntah, dan adanya rasa sakit pada saat berkemih.
·
Pada
wanita yang lebih tua juga menunjukkan gejala yang serupa, yaiu kelelahan,
hilangnya kekuatan, demam
·
Sering
berkemih pada malam hari
Pada anak – anak, mengompol juga menandakan gejala adanya
infeksi saluran kemih.
Gejala- gejala dari cystitis di atas disebabkan karena
beberapa kondisi:
·
Penyakit
seksual menular, misalnya gonorrhoea dan chlamydia
·
Terinfeksi
bakteri, seperti E-coli
·
Jamur
(Candida)
·
Terjadinya
inflamasi pada uretra (uretritis)
·
Wanita
atau gadis yang tidak menjaga kebersihan bagian kewanitaannya
·
Wanita
hamil
·
Inflamasi
pada kelerjar prostat, tau dikenal dengan prostatitis
·
Seseorang
yang menggunakan cateter
·
Anak
muda yang melakukan hubungan seks bebas
Jika infeksi dibiarkan saja, infeksi akan meluas dari
kandung kemih hingga ginjal. Gejala – gejala dari adanya infeksi pada ginjal
berkaitan dengan gejala pada cystitis, yaitu demam, kedinginan, rasa nyeri pada
punggung, mual, dan muntah. Cystitis dan infeksi ginjal termasuk dalam infeksi
saluran kemih.
Tidak setiap
orang dengan infeksi saluran kemih dapat dilihat tanda – tanda dan gejalanya,
namun umumnya terlihat beberapa gejala, meliputi:
·
Desakan
yang kuat untuk berkemih
·
Rasa
terbakar pada saat berkemih
·
Frekuensi
berkemih yang sering dengan jumlah urin yang sedikit (oliguria)
·
Adanya
darah pada urin (hematuria)
Setiap tipe dari infeksi saluran kemih memilki tanda –
tanda dan gejala yang spesifik, tergantung bagian saluran kemih yang terkena
infeksi:
- Pyelonephritis akut. Pada tipe ini, infeksi pada
ginjal mungkin terjadi setelah meluasnya infeksi yang terjadi pada kandung
kemih. Infeksi pada ginjal dapat menyebabkan rasa salit pada punggung atas
dan panggul, demam tinggi, gemetar akibat kedinginan, serta mual atau
muntah.
- Cystitis. Inflamasi atau infeksi pada kandung kemih
dapat dapat menyebabkan rasa tertekan pada pelvis, ketidaknyamanan pada
perut bagian bawah, rasa sakit pada saat urinasi, dan bau yang mnyengat
dari urin.
- Uretritis. Inflamasi atau infeksi pada uretra
menimbulkan rasa terbakar pada saat urinasi. Pada pria, uretritis dapat
menyebabkan gangguan pada penis.
ü
Gejala
infeksi saluran kemih pada anak – anak, meliputi:
- Diarrhea
- Menangis tanpa henti yang tidak dapat dihentikan
dengan usaha tertentu (misalnya: pemberian makan, dan menggendong)
- Kehilangan nafsu makan
- Demam
- Mual dan muntah
ü
Untuk
anak – anak yang lebih dewasa, gejala yang ditunjukkan berupa:
- rasa sakit pada panggul dan punggung bagian bawah
(dengan infeksi pada ginjal)
- seringnya berkemih
- ketidakmampuan memprodukasi urin dalam jumlah yang
normal, dengan kata lain, urin berjumlah sedikit (oliguria)
- tidak dapat mengontrol pengeluaran kandung kemih dan
isi perut
- rasa sakit pada perut dan daerah pelvis
- rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
- urin berwarna keruh dan memilki bau menyengat
ü
Gejala
pada infeksi saluran kemih ringan (misalnya: cystitis, uretritis) pada orang
dewasa, meliputi:
- rasa sakit pada punggung
- adanya darah pada urin (hematuria)
- adanya protein pada urin (proteinuria)
- urin yang keruh
- ketidakmampuan berkemih meskipun tidak atau adanya
urin yang keluar
- demam
- dorongan untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
- tidak nafsu makan
- lemah dan lesu (malaise)
- rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
- rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
- rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
ü
Gejala
yang mengindikasikan infeksi saluran kemih lebih berat (misalnya:
pyelonephritis) pada orang dewasa, meliputi:
- kedinginan
- demam tinggi dan gemetar
- mual
- muntah (emesis)
- rasa sakit di bawah rusuk
- rasa sakit pada daerah sekitar abdome
Merokok, ansietas, minum kopi terlalu banyak, alergi
makanan atau sindrom pramenstruasi bisa menyebabkan gejala mirip infeksi
saluran kemih. Gejala infeksi saluran kemih pada bayi dan anak kecil. Infeksi saluran kemih pada bayi dan anak usia
belum sekolah memilki kecendrungan lebih serius dibandingkan apabila terjadi
pada wanita muda, hal ini disebabkan karena memiliki ginjal dan saluran kemih
yang lebih rentan terhadap infeksi.
ü Gejala pada bayi dan anak kecil
yang sering terjadi, meliputi:
- Kecendrungan terjadi demam tinggi yang tidak
diketahui sebabnya, khususnya jika dikaitkan dengan tanda – tanda bayi
yang lapar dan sakit, misalnya: letih dan lesu.
- Rasa sakit dan bau urin yang tidak enak. ( orang tua
umumnya tidak dapat mengidentifikasikan infeksi saluran kemih hanya dengan
mencium urin bayinya. Oleh karena itu pemeriksaan medis diperlukan).
- Urin yang keruh. (jika urinnya jernih, hal ini hanya
mirip dengan penyakit, walaupun tidak dapat dibuktikan kebenarannya bahwa
bayi tersebut bebas dari Infeksi saluran kemih).
4.
rasa sakit pada bagian abdomen dan punggung.
5.
muntah dan sakit pada daerah abdomen (pada bayi)
6.
jaundice (kulit yang kuning dan mata yang putih) pada bayi,
khususnya bayi yang berusia setlah delapan hari.
2.7.
Diagnosis
Untuk pemeriksaan infeksi saluran kemih, digunakan urin
segar (urin pagi). Urin pagi adalah urin yang pertama – tama diambil pada pagi
hari setelah bangun tidur. Digunakan urin pagi karena yang diperlukan adalah
pemeriksaan pada sedimen dan protein dalam urin. Sampel urin yang sudah
diambil, harus segera diperiksa dalam waktu maksimal 2 jam. Apabila tidak
segera diperiksa, maka sampel harus disimpan dalam lemari es atau diberi
pengawet seperti asam format.
Bahan untuk sampel urin dapat diambil dari:
a.
Urin
porsi tengah, sebelumnya genitalia eksterna dicuci dulu dengan air sabun dan
NaCl 0,9%.
b.
Urin
yang diambil dengan kateterisasi 1 kali.
c.
Urin
hasil aspirasi supra pubik.
Bahan yang
dianjurkan adalah dari urin porsi tengah dan aspirasi supra pubik.
Pemeriksaan
laboratorium dan pemeriksaan penunjang lainnya adalah sebagai berikut:
1.
Analisa
Urin (urinalisis)
Pemeriksaan urinalisis meliputi:
·
Leukosuria
(ditemukannya leukosit dalam urin).
Dinyatakan positif
jika terdapat 5 atau lebih leukosit (sel darah putih) per lapangan pandang
dalam sedimen urin.
·
Hematuria
(ditemukannya eritrosit dalam urin).
Merupakan
petunjuk adanya infeksi saluran kemih jika ditemukan eritrosit (sel darah
merah) 5-10 per lapangan pandang sedimen urin. Hematuria bisa juga
karena adanya kelainan atau penyakit lain, misalnya batu ginjal dan penyakit
ginjal lainnya.
2.
Pemeriksaan
bakteri (bakteriologis)
Pemeriksaan bakteriologis meliputi:
·
Mikroskopis.
Bahan: urin
segar (tanpa diputar, tanpa pewarnaan).
Positif jika
ditemukan 1 bakteri per lapangan pandang.
·
Biakan
bakteri.
Untuk
memastikan diagnosa infeksi saluran kemih.
3.
Pemeriksaan
kimia
Tes ini dimaksudkan sebagai penyaring adanya bakteri
dalam urin. Contoh, tes reduksi griess nitrate, untuk mendeteksi bakteri gram
negatif. Batasan: ditemukan lebih 100.000 bakteri. Tingkat kepekaannya mencapai
90 % dengan spesifisitas 99%.
4.
Tes
Dip slide (tes plat-celup)
Untuk menentukan jumlah bakteri per cc urin. Kelemahan
cara ini tidak mampu mengetahui jenis bakteri.
5.
Pemeriksaan
penunjang lain
Meliputi: radiologis (rontgen), IVP (pielografi intra
vena), USG dan Scanning. Pemeriksaan penunjang ini dimaksudkan untuk mengetahui
ada tidaknya batu atau kelainan lainnya.
Pemeriksaan penunjang dari infeksi saluran kemih terkomplikasi:
1.
Bakteriologi
/ biakan urin
Tahap
ini dilakukan untuk pasien dengan indikasi:
·
Penderita
dengan gejala dan tanda infeksi saluran kemih (simtomatik).
·
Untuk
pemantauan penatalaksanaan infeksi saluran kemih.
·
Pasca
instrumentasi saluran kemih dalam waktu lama, terutama pasca keteterisasi urin.
·
Penapisan
bakteriuria asimtomatik pada masa kehamilan.
·
Penderita
dengan nefropati / uropati obstruktif, terutama sebelum dilakukan
Beberapa metode
biakan urin antara lain ialah dengan plat agar konvensional, proper plating
technique dan rapid methods. Pemeriksaan dengan rapid methods
relatif praktis digunakan dan memiliki ambang sensitivitas sekitar 104
sampai 105 CFU (colony forming unit) kuman.
2.
Interpretasi
hasil biakan urin
Setelah
diperoleh biakan urin, maka dilakukan interpretasi. Pada biakan urin dinilai
jenis mikroorganisme, kuantitas koloni (dalam satuan CFU), serta tes
sensitivitas terhadap antimikroba (dalam satuan millimeter luas zona hambatan).
Pada uretra bagian distal, daerah perianal, rambut kemaluan, dan sekitar vagina
adalah habitat sejumlah flora normal seperti laktobasilus, dan streptokokus
epidermis. Untuk membedakan infeksi saluran kemih yang sebenarnya dengan
mikroorganisme kontaminan tersebut, maka hal yang sangat penting adalah jumlah
CFU. Sering terdapat kesulitan dalam mengumpulkan sampel urin yang murni tanpa kontaminasi
dan kerap kali terdapat bakteriuria bermakna tanpa gejala, yang menyulitkan
penegakkan diagnosis infeksi saluran kemih. Berdasarkan jumlah CFU, maka
interpretasi dari biakan urin adalah sebagai berikut:
a.
Pada
hitung koloni dari bahan porsi tengah urin dan dari urin kateterisasi.
·
Bila
terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah disebut dengan
bakteriuria bermakna
·
Bila
terdapat > 105 CFU/ml urin porsi tengah tanpa gejala klinis
disebut bakteriuria asimtomatik
·
Bila
terdapat mikroba 102 – 103 CFU/ml urin kateter pada
wanita muda asimtomatik yang disertai dengan piuria disebut infeksi saluran
kemih.
b.
Hitung
koloni dari bahan aspirasi supra pubik.
Berapapun jumlah CFU pada pembiakan urin hasil aspirasi
supra pubik adalah infeksi saluran kemih.
Interpretasi praktis biakan urin oleh Marsh tahun 1976,
ialah sebagai berikut:
Kriteria praktis diagnosis bakteriuria. Hitung bakteri
positif bila didapatkan:
·
>
100.000 CFU/ml urin dari 2 biakan urin porsi tengah yang dilakukan seara
berturut – turut.
·
>
100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah dengan leukosit > 10/ml
urin segar.
·
>
100.000 CFU/ml urin dari 1 biakan urin porsi tengah disertai gejala klinis
infeksi saluran kemih.
·
>
10.000 CFU/ml urin kateter.
·
Berapapun
CFU dari urin aspirasi suprapubik.
Berbagai faktor yang mengakibatkan penurunan jumlah
bakteri biakan urin pada infeksi saluran kemih:
·
Faktor
fisiologis
ü
Diuresis
yang berlebihan
ü
Biakan
yang diambil pada waktu yang tidak tepat
ü
Biakan
yang diambil pada infeksi saluran kemih dini (early state)
ü
Infeksi
disebabkan bakteri bermultiplikasi lambat
ü
Terdapat
bakteriofag dalam urin
·
Faktor
iatrogenic
ü
Penggunaan
antiseptic pada waktu membersihkan genitalia
ü
Penderita
yang telah mendapatkan antimikroba sebelumnya
Cara biakan yang tidak tepat:
·
Media
tertentu yang bersifat selektif dan menginhibisi
·
Infeksi
E. coli (tergantung strain), baketri anaerob, bentuk K, dan basil tahan asam
Jumlah koloni mikroba berkurang karena bertumpuk.
3.
Pemeriksaan
mikroskopik untuk mencari piuria
a. Urin tidak disentrifus (urin segar)
Piuria apabila terdapat ≥10 leukosit/mm3 urin
dengan menggunakan kamar hitung.
b. Urin sentrifus
Terdapatnya leukosit > 10/Lapangan Pandang Besar (LPB)
disebut sebagai piuria. Pada pemeriksaan urin porsi tengah dengan menggunakan
mikroskop fase kontras, jika terdapat leukosit >2000/ml, eritrosit
>8000/ml, dan casts leukosit >1000/ml, maka disebut sebagai
infeksi saluran kemih.
c. Urin hasil aspirasi suprapubik
Disebut piuria jika didapatkan >800 leukosit/ml urin
aspirasi supra pubik. Keadaan piuria bukan merupakan indikator yang sensitif
terhadap adanya infeksi saluran kemih, tetapi sensitif terhadap adanya
inflamasi saluran kemih.
4.
Tes
Biokimia
Bakteri tertentu golongan enterobacteriae dapat
mereduksi nitrat menjadi nitrit (Griess test), dan memakai glukosa
(oksidasi). Nilai positif palsu prediktif tes ini hanya <5 1="" adalah="" bakteriuria="" berarti="" biasanya="" bila="" dan="" dengan="" disertai="" gram="" hanya="" infeksi="" inflamasi="" ini="" jam.="" jika="" juga="" kegunaan="" kemih.="" kemih="" kolonisasi="" membedakan="" nitrit="" o:p="" pada="" piuria="" positif="" proteinuria="" rekurens="" saluran="" sedangkan="" sering="" simtomatik.="" terdapat="" terutama="" tes="" untuk="" yaitu="" yang="">5>
5.
Lokalisasi
infeksi
Tes
ini dilakukan dengan indikasi:
a.
Setiap
infeksi saluran kemih akut (pria atau wanita) dengan tanda – tanda sepsis.
b.
Setiap
episode infeksi saluran kemih (I kali) pada penderita pria.
c.
Wanita
dengan infeksi rekurens yang disertai hipertensi dan penurunan faal ginjal.
d.
Biakan
urin menunjukkan bakteriuria pathogen polimikrobal.
Penentuan
lokasi infeksi merupakan pendekatan empiris untuk mengetahui etiologi infeksi
saluran kemih berdasarkan pola bakteriuria, sekaligus memperkirakan prognosis,
dan untuk panduan terapi. Secara umum dapat dikatakan bahwa infeksi saluran
kemih atas lebih mudah menjadi infeksi saluran kemih terkomplikasi. Suatu tes
noninvasif pembeda infeksi saluran kemih atas dan bawah adalah dengan ACB (Antibody-Coated
Bacteria). Pemeriksaan ini berdasarkan data bahwa bakteri yang berasal dari
saluran kemih atas umumnya diselubungi antibody, sementara bakteri dari infeksi
saluran kemih bawah tidak. Pemeriksaan ini lebih dianjurkan untuk studi
epidemiologi, karena kurang spesifik dan sensitif.
Identifikasi / lokalisasi sumber infeksi:
a.
Non
invasif
·
Imunologik
ü
ACB
(Antibody-Coated Bacteria)
ü
Autoantibodi
terhadap protein saluran Tam-Horsfall
ü
Serum
antibodi terhadap antigen polisakarida
ü
Komplemen
C
·
Nonimunologik
ü
Kemampuan
maksimal konsentrasi urin
ü
Enzim
urin
ü
Protein
Creaktif
ü
Foto
polos abdomen
ü
Ultrasonografi
ü
CT
Scan
ü
Magnetic
Resonance Imaging (MRI)
ü
Bakteriuria
polimikrobial / relaps setelah terapi (termasuk pada terapi tunggal)
b.
Invasif
ü
Pielografi
IV / Retrograde / MCU
ü
Kultur
dari bahan urin kateterisasi ureteroan bilasan kandung kemih
ü
Biopsi
ginjal (kultur pemeriksaan imunofluoresens)
6.
Pemeriksaan
radiologis dan penunjang lainnya
Prinsipnya adalah untuk mendeteksi adanya faktor
predisposisi infeksi saluran kemih, yaitu hal – hal yang mengubah aliran urin dan
stasis urin, atau hal – hal yang menyebabkan gangguan fungsional saluran kemih.
Pemeriksaan tersebut antara lain berupa:
a. Foto polos abdomen
Dapat mendeteksi sampai 90% batu radio opak
b. Pielografi intravena (PIV)
Memberikan gambaran fungsi eksresi ginjal, keadaan
ureter, dan distorsi system pelviokalises. Untuk penderita: pria (anak dan bayi
setelah episode infeksi saluran kemih yang pertama dialami, wanita (bila
terdapat hipertensi, pielonefritis akut, riwayat infeksi saluran kemih,
peningkatan kreatinin plasma sampai < 2 mg/dl, bakteriuria asimtomatik pada
kehamilan, lebih dari 3 episode infeksi saluran kemih dalam setahun. PIV dapat
mengkonfirmasi adanya batu serta lokasinya. Pemeriksaan ini juga dapat mendeteksi
batu radiolusen dan memperlihatkan derajat obstruksi serta dilatasi saluran
kemih. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setelah > 6 minggu infeksi akut
sembuh, dan tidak dilakukan pada penderita yang berusia lanjut, penderita DM,
penderita dengan kreatinin plasma > 1,5 mg/dl, dan pada keadaan dehidrasi.
c.
Sistouretrografi
saat berkemih
Pemeriksaan ini dilakukan jika dicurigai terdapat refluks
vesikoureteral, terutama pada anak – anak.
d.
Ultrasonografi
ginjal
Untuk melihat adanya tanda obstruksi/hidronefrosis, scarring
process, ukuran dan bentuk ginjal, permukaan ginjal, masa, batu, dan kista
pada ginjal.
e.
Pielografi
antegrad dan retrograde
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat potensi ureter,
bersifat invasive dan mengandung factor resiko yang cukup tinggi. Sistokopi
perlu dilakukan pada refluks vesikoureteral dan pada infeksi saluran kemih
berulang untuk mencari factor predisposisi infeksi saluran kemih.
f.
CT-scan
Pemeriksaan ini paling sensitif untuk menilai adanya
infeksi pada parenkim ginjal, termasuk mikroabses ginjal dan abses perinefrik.
Pemeriksaan ini dapat membantu untuk menunjukkan adanya kista terinfeksi pada
penyakit ginjal polikistik. Perlu diperhatikan bahwa pemeriksaan in lebih baik
hasilnya jika memakai media kontras, yang meningkatkan potensi nefrotoksisitas.
g.
DMSA
scanning
Penilaian kerusakan korteks ginjal akibat infeksi saluran
kemih dapat dilakukan dengan skintigrafi yang menggunakan (99mTc) dimercaptosuccinic
acid (DMSA). Pemeriksaan ini terutama digunakan untuk anak – anak dengan
infeksi saluran kemih akut dan biasanya ditunjang dengan sistoureterografi saat
berkemih. Pemeriksaan ini 10 kali lebih sensitif untuk deteksi infeksi korteks
ginjal dibanding ultrasonografi.
2.8.
Pengobatan
Prinsip pengobatan infeksi saluran kemih adalah
memberantas (eradikasi) bakteri dengan antibiotika.
Tujuan pengobatan :
- Menghilangkan bakteri penyebab Infeksi saluran
kemih.
- Menanggulangi keluhan (gejala).
- Mencegah kemungkinan gangguan organ ( terutama
ginjal).
Tata cara pengobatan :
- Menggunakan pengobatan dosis tunggal.
- Menggunakan pengobatan jangka pendek antara 10-14
hari.
- Menggunakan pengobatan jangka panjang antara 4-6
minggu.
- Menggunakan pengobatan pencegaham (profilaksis)
dosis rendah.
- Menggunakan pengobatan supresif, yaitupengobatan
lanjutan jika pemberantasan (eradikasi) bakteri belum memberikan hasil.
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika
yang telah diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi
infeksi, serta timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang
lain termasuk efek samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain.
Tetapi, idealnya pemilihan antibiotika berdasarkan toleransi dan terabsorbsi
dengan baik, perolehan konsentrasi yang tinggi dalam urin, serta spectrum yang
spesifik terhadap mikroba pathogen.
Antibiotika
yang digunakan untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua, yaitu
antibiotika oral dan parenteral.
I.
Antibiotika
Oral
- Sulfonamida
Antibiotika
ini digunakan untuk mengobati infeksi pertama kali. Sulfonamida umumnya diganti
dengan antibiotika yang lebih aktif karena sifat resistensinya. Keuntungan dari
sulfonamide adalah obat ini harganya murah.
- Trimetoprim-sulfametoksazol
Kombinasi dari
obat ini memiliki efektivitas tinggi dalam melawan bakteri aerob, kecuali Pseudomonas
aeruginosa. Obat ini penting untuk mengobati infeksi dengan komplikasi,
juga efektif sebagai profilaksis pada infeksi berulang. Dosis obat ini adalah
160 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.
- Penicillin
- Ampicillin
adalah penicillin standar yang memiliki aktivitas spektrum luas, termasuk
terhadap bakteri penyebab infeksi saluran urin. Dosis ampicillin 1000 mg
dan interval pemberiannya tiap 6 jam.
- Amoxsicillin
terabsorbsi lebih baik, tetapi memiliki sedikit efek samping.
Amoxsicillin dikombinasikan dengan clavulanat lebih disukai untuk
mengatasi masalah resistensi bakteri. Dosis amoxsicillin 500 mg dan
interval pemberiannya tiap 8 jam.
- Cephaloporin
Cephalosporin
tidak memiliki keuntungan utama dibanding dengan antibiotika lain yang
digunakan untuk mengobati infeksi saluran kemih, selain itu obat ini juga lebih
mahal. Cephalosporin umumnya digunakan pada kasus resisten terhadap
amoxsicillin dan trimetoprim-sulfametoksazol.
- Tetrasiklin
Antibiotika
ini efektif untuk mengobati infeksi saluran kemih tahap awal. Sifat resistensi
tetap ada dan penggunannya perlu dipantau dengan tes sensitivitas. Antibotika
ini umumnya digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh chlamydial.
- Quinolon
Asam
nalidixic, asam oxalinic, dan cinoxacin efektif digunakan untuk mengobati
infeksi tahap awal yang disebabkan oleh bakteri E. coli dan Enterobacteriaceae
lain, tetapi tidak terhadap Pseudomonas aeruginosa. Ciprofloxacin ddan
ofloxacin diindikasikan untuk terapi sistemik. Dosis untuk ciprofloxacin
sebesar 50 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam. Dosis ofloxacin sebesar
200-300 mg dan interval pemberiannya tiap 12 jam.
- Nitrofurantoin
Antibiotika
ini efektif sebagai agen terapi dan profilaksis pada pasien infeksi saluran
kemih berulang. Keuntungan utamanya adalah hilangnya resistensi walaupun dalam
terapi jangka panjang.
- Azithromycin
Berguna pada
terapi dosis tunggal yang disebabkan oleh infeksi chlamydial.
- Methanamin Hippurat dan Methanamin Mandalat
Antibiotika
ini digunakan untuk terapi profilaksis dan supresif diantara tahap infeksi.
II.
Antibiotika
Parenteral.
a. Amynoglycosida
Gentamicin dan
Tobramicin mempunyai efektivitas yang sama, tetapi gentamicin sedikit lebih
mahal. Tobramicin mempunyai aktivitas lebih besar terhadap pseudomonas memilki
peranan penting dalam pengobatan onfeksi sistemik yang serius. Amikasin umumnya
digunakan untuk bakteri yang multiresisten. Dosis gentamicin sebesar 3-5 mg/kg
berat badan dengan interval pemberian tiap 24 jam dan 1 mg/kg berat badan
dengan interval pemberian tiap 8 jam.
b. Penicillin
Penicillin
memilki spectrum luas dan lebih efektif untuk menobati infeksi akibat Pseudomonas
aeruginosa dan enterococci. Penicillin sering digunakan pada pasien yang
ginjalnya tidak sepasang atau ketika penggunaan amynoglycosida harus dihindari.
c. Cephalosporin
Cephalosporin
generasi kedua dan ketiga memiliki aktivitas melawan bakteri gram negative,
tetapi tidak efektif melawan Pseudomonas aeruginosa. Cephalosporin
digunakan untuk mengobati infeksi nosokomial dan uropsesis karena infeksi
pathogen.
d. Imipenem/silastatin
Obat ini
memiliki spectrum yang sangat luas terhadap bakteri gram positif, negative, dan
bakteri anaerob. Obat ini aktif melawan infeksi yang disebabkan enterococci dan
Pseudomonas aeruginosa, tetapi banyak dihubungkan dengan infeksi
lanjutan kandida. Dosis obat ini sebesar 250-500 mg ddengan interval pemberian
tiap 6-8 jam.
e. Aztreonam
Obat ini aktif
melawan bakteri gram negative, termasuk Pseudomonas aeruginosa. Umumnya
digunakan pada infeksi nosokomial, ketika aminoglikosida dihindari, serta pada
pasien yang sensitive terhadap penicillin. Dosis aztreonam sebesar 1000 mg
dengan interval pemberian tiap 8-12 jam
2.9.
Cara Pencegahan ISK
Agar terhindar dari penyakit infeksi saluran kemih, dapat
dilakukan hal-hal berikut:
Ø
Menjaga
dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kemih.
Ø
Bagi
perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH
balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
Ø
Pilih
toilet umum dengan toilet jongkok. Sebab toilet jongkok tidak menyentuh
langsung permukaan toilet dan lebih higienis. Jika terpaksa menggunakan toilet
duduk, sebelum menggunakannya sebaiknya bersihkan dahulu pinggiran atau dudukan
toilet. Toilet-toilet umum yang baik biasanya sudah menyediakan tisu dan cairan
pembersih dudukan toilet.
Ø
Jangan
membersihkan organ intim di toilet umum dari air yang ditampung di bak mandi
atau ember. Pakailah shower atau keran.
Ø
Gunakan
pakaian dalam dari bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.
BAB
III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih secara umum dapat disebabkan oleh E.coli
atau penyebab yang paling lazim dari infeksi saluran kemih dan merupakan
penyebab infeksi saluran kemih pertama pada sekitar 90% wanita muda. Gejala dan
tanda-tandanya antara lain : sering kencing, disuria, hematuria dan piuria.
Adanya keluhan nyeri pinggang berhubungan dengan infeksi saluran kemih bagian
atas.
Bakteri yang dapat menimbulkan infeksi saluran kemih
selain E.coli melalui infeksi nosokomial Klebsiella, Proteus,
Providencia, Citrobacter, P. aeruginosa, Acinetobacter,
Enterococcus faecalis dan Stafilokokus saprophyticus.
Gambaran klinis
dari penyakit infeksi saluran kemih umumnya adalah sebagai berikut:
1.
rasa
sakit pada punggung
2.
adanya
darah pada urin (hematuria)
3.
adanya
protein pada urin (proteinuria)
4.
urin
yang keruh
5.
ketidakmampuan
berkemih meskipun tidak atau adanya urin yang keluar
6.
demam
7.
dorongan
untuk berkemih pada malam hari (nokturia)
8.
tidak
nafsu makan
9.
lemah
dan lesu (malaise)
10. rasa sakit pada saat berkemih (dysuria)
11. rasa sakit di atas bagian daerah pubis (pada wanita)
12. rasa tidak nyaman pada daerah rectum (pada pria)
Media pembiakan yang sesuai untuk berbagai mikroorganisme
penyebab meningitis adalah media agar darah dan agar mac conkey.
Diagnosa yang dilakukan untuk pendeteksian penyakit
infeksi saluran kemih adalah dengan tujuan untuk mengidentifikasikan adanya
infeksi bakteri yang menyebabkan penyakit tersebut. Diagnosis ditegakkan
berdasarkan gejala yang ada, namun gejala- gejala dari infeksi saluran kemih,
baik akut maupun kronik sangat sukar dibedakan dengan infeksi saluran kemih
yang biasa. Hal ini dikarenakan gambaran klinik dari infeksi saluran kemih
berat mirip dengan infeksi bakteri biasa.
III.2. Saran
Semoga untuk ke depan dapat ditingkatkan kesehatan dan
kebersihan pribadi tiap – tiap individu sehingga dapat terhindar dari penyakit
Cystitis khususnya, dan penyakit infeksi bakteri secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar