CSE :)

Loading

Selasa, 05 November 2013

depresi dalam kehamilan


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Masalah kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis, perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya. Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks memerlukan adaptasi terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan, hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.
Dukungan psikologik dan perhatian akan memberi dampak terhadap pola kehidupan sosial (keharmonisan, penghargaan, pengorbanan, kasih sayang dan empati). Pada wa nitahamil dan dari aspek teknis dapat mengurangi aspek sumber daya.
Telah diketahui bahwa wanita hamil mengalami perubahan jiwa dalam kehamilan yang biasanya tidak seberapa berat dan kemudian akan hilang dengan sendirinya. Adakalanya diperlukan perhatian khusus atau pernyataan, kadang-kadang terjadi penyakit jiwa (psikosis) dalam kehamilan. Hal ini tidak mengherankan karena ovulasi dan haid juga dapat menimbulkan psikosis.
Penderita sembuh setelah anaknya lahir, akan tetapi dalam kehamilan berikut biasanya penyakitnya timbul lagi, selain itu psikosis dapat menjadi lebih berat dalam kahamilan. Peran tenaga kesehatan disini sangatlah penting untuk melakukan pendekatan, memberikan dukungan, motivasi maupun pengobatan untuk mengatasi gangguan tersebut agar tidak memberikan dampak yang buruk bagi ibu maupun kesehatan janinnya.

I.2. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
2.   Untuk mengetahui penyebab dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
3.   Untuk mengetahui jenis dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
4.   Untuk mengetahui tanda dan gejala dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.
5.   Untuk mengetahui cara pencegahan dan penanganan dari depresi, psikosa dan psikoneurosa.




















BAB II
PEMBAHASAN

II.1. Pengertian
Kehamilan seharusnya adalah masa yang paling bahagia dalam kehidupan seorang wanita, tapi buat sebagian wanita masa ini adalah masa yang membingungkan, takut, sedih, stress, dan bahkan depresi. Sekitar 10 – 20% wanita akan mengalami gejala-gejala depresi saat hamil, dan seperempat sampai separuhnya akan menjadi depresi yang nyata (mayor depresi).
Depresi atau biasa disebut sebagai gangguan afektif merupakan salah satu bentuk psikosis. Ada beberapa pendapat mengenai definisi dari depresi, diantaranya yaitu :
a.       Menurut National Institut of Mental Health, gangguan depresi dimengerti sebagai suatu penyakit “ tubuh yang menyeluruh “ (whole-body), yang meliputi tubuh, suasana perasaan (mood), dan pikiran.
b.      Southwestern Psychological Services memiliki pendapat yang mirip dengan National Institut of Mental Health bahwa depresi adalah dipahami sebagai suatu penyakit, bukan sebagai suatu kelemahan karakter, suatu refleksi dari kemalasan atau suatu ketidakmauan “untuk menoba lebih keras“.
c.       Staab dan Feldman menyatakan bahwa depresi adalah suatu penyakit yang menyebabkan suatu gangguan dalam perasaan dan emosi yang dimiliki oleh individu yang ditunjuk sebagai suasana perasaan.
Secara umum, depresi sebagai suatu gangguan alam perasaan perasaan sedih yang sangat mendalam, yang bisa terjadi setelah kehilangan seseorang atau peristiwa menyedihkan lainnya, tetapi tidak sebanding dengan peristiwa tersebut dan terus menerus dirasakan melebihi waktu yang normal.
Depresi merupakan gangguan mood yang menyerang 1 dari 4 wanita pada suatu titik tertentu dalam kehidupannya, jadi tidak usah heran jika kelainan ini juga biasa mengenai wanita hamil. Tetapi sering kali depresi tidak di diagnosa dengan baik saat hamil karena sering dianggap hanya suatu bentuk gangguan keseimbangan hormon.Asumsi ini tentu saja bisa membahayakan ibu serta bayi yang dikandungnya.
Depresi bisa diobati dan dimanage selama kehamilan. Depresi saat kehamilan atau antepartum depresi, merupakan gangguan mood sama halnya dengan depresi klinis. Gangguan mood merupakan kelainan biologis yang melibatkan perubahan kimia pada otak.Saat kehamilan, perubahan hormone bisa mempengaruhi kimia otak yang berhubungan dengan depresi dan gelisah.Hal ini bisa disebabkan/dimunculkan oleh situasi yang sulit, yang akhirnya menimbulkan depresi.

II.2.    Gejala-gejala Depresi
Menurut Diagnostik dan statistikal manual IV – Text Revision (DSM IV-TR) (American Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika, lima atau lebih gejala di bawah telah ada selama periode dua minggu dan merupakan perubahan dari keadaan biasa seseorang serta sekurangnya salah satu gejala harus emosi depresi atau kehilanga minat atau kemampuan menikmati sesuatu.
a.       Keadaan emosi depresi / tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
b.      Kehilangan minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).
c.       Hilangnya berat badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan sebelumnya dalam satu bulan).
d.      Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari.
e.       Kegelisahan atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain, bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat).
f.       Perasaan lelah atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari.
g.      Perasaan tidak berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa merupakan delusi) hampir setiap hari.
h.      Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain).
i.        Berulang-kali muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Adapun bagi ibu hamil, tanda-tanda atau gejala yang menunjukkan mengalami depresi tidak jauh atau sama halnya dengan gejala-gejala di atas dan waktunya pun kurang lebih 2 minggu, yakni diantaranya sebagai berikut :
a.       Ditandai dengan perasaan muram, murung, kesedihan, menunjukan lebih banyak air mata dibandingkan senyum, tidak bisa atau sulit berkonsentrasi, mengingat, atau mengambil keputusan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari.
b.      Teganggu calon ibu dengan orang-orang sekitarnya, terganggu kondisi ibu mengancam keselamatan janin dan putus asa, terkadang beberapa ada yang merasa cemas.
c.       Kadang-kadang tegang, kaku, dan menolak intervensi terapeutik. Selain itu, gejala di atas biasanya disertai perubahan nafsu makan dan pola tidur, harga diri yang rendah, hilangnya energi dan penurunan dorongan seksual.
d.      Jarang mengontrol kehamilan.
e.       Tidak pernah memberi stimulus terhadap janin yang dikandungnya.
f.       Tidak melakukan persiapan utnuk menyambut bayi yang akan dilahirkan.
II.3.    Bentuk-bentuk Depresi
Terdapat berbagai bentuk depresi, tergantung dari vartiasi dalam jumlal simptom, tingkat keparahan dan persistensinya. Namun, secara umum dapat digolongkan menjafi dua yakni :
a.    Depresi Unipolar
Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh suasana perasaan depresif saja. Depresi Unipolar terdiri atas :
1)      Depresi Mayor
Apabila seseorang atau ibu hamil mengalami tanda-tanda atau gejala seperti di atas, maka segera harus ditangani karena bisa saja berubah menjadi lebih serius yang dapat berdampak pada ibu maupun janinnya, yakni menjadi depresi berat atau depresi mayor. Sindrom depresi mayor ditandai dengan suatu kombinasi simptom yang berpengaruh dengan kemampuan untuk bekerja, tidur, makan dan menikmati salah satu kegiatan yang menyenangkan serta sulit untuk melakukan komunikasi karena mereka cenderung menarik diri, tidak mampu berkonsentrasi, kurang perhatian, merasa tidak dihargai dan sulit untuk mengingat sesuatu dan yang terutama adalah tidak jarang dari penderita yang ingin bunuh diri. Episode ketidakmampuan depresi ini dapat terjadi hampir setiap hari dan pasti ada yang mendominasi di sepanjang hari. Selain itu, bila tidak teratasai dengan baik dapat muncul sekali, dua kali atau beberapa kali selama hidup.
2)      Distimia
Merupakan bentuk depresi yang kurang parah karena simptom atau gejala-gejala yang ditunjukkan tidak membuat orang yang mengalaminya menjadi tidak mampu tetapi yang menghindarkan orang yang bersangkutan untuk berfungsi pada tingkat yang penuh atau menghalanginya dari perasaan baik.

b.    Depresi Bipolar
Merupakan gangguan depresi yang dicirikan oleh pergantian antara suasana perasaan depresif dan mania, artinya selain depresi, di sisi lain terkadang merasa gembira.

II.4.    Penyebab Terjadinya Depresi Pada Kehamilan
Para ahli belum bisa memastikan mengapa depresi terjadi pada wanita hamil, namun diduga perubahan tingkat hormon yang drastis selama kehamilan dan setelah melahirkan menjadi penyebabnya. Selain peningkatan kadar hormon dalam tubuh, menurut penelitian bahwa depresi terjadi karena klien atau penderita depresi memiliki ketidakseimbangan dalam pelepasan neurotransmitter serotonin mayor, norepinefrin, dopamin, asetilkolin, dan asam gama aminobutrik. Selain itu, ada pula hasil penelitian yang menyatakan bahwa terjadinya depresi karena adanya masalah dengan beberapa enzim yang mengatur dan memproduksi bahan-bahan kimia tersebut. Dengan demikian, berdampak pula pada metabolisme glukosa dimana penderita depresi tidak memetabolisme glukosa dengan baik dalam area otak tersebut. Jka depresi teratasi, aktivitas metabolisme kembali normal. Selain dari faktor organobiologis di atas, pencetus terjadinya depresi adalah karena factor psikologis dan sosio-lingkungan, misalnya karena akan berubah peran menjadi seorang ibu, karena kehilangan pasangan hidup, kehilangan pekerjaan, pasca bencana dan dampak situasi kehidupan sehari-harinya.
Beberapa faktor utama penyebab depresi:
a.            Kehamilan yang tidak diharapkan
b.            Hamil di luar nikah
c.            Faktor ekonomi
d.           Faktor ketidakbahagiaan dalam rumah tangga
e.            Perasaan cemas menghadapi persalinan.
f.             Kurangnya dukungan dari suami dan keluarga
g.            Perasaan khawatir yang berlebihan pada kesehatan janin
h.            Ada masalah pada kehamilan atau kelahiran anak sebelumnya
i.              Sedang menghadapi masalah keuangan
j.              Usia ibu hamil yang terlalu muda
k.            Adanya komplikasi selama kehamilan
l.              Terpisah dari keluarga
m.          Rasa takut yang berlebihan.
n.            Orang tua tunggal.
o.            Riwayat keluarga yang memiliki penyakit kejiwaan.

II.5.    Dampak Atau Pengaruh Depresi Terhadap Kehamilan
Permasalahan yang berkaitan dengan kondisi kejiwaan termasuk depresi, selain berdampak pada diri sendiri bisa berimplikasi atau berpengaruh tidak baik terhadap kondisi kesehatan janin yang ada di dalam kandungan.Kita semua pasti mengetahui bahwa perubahan fisik dan hormonal yang terjadi selama masa kehamilan sangat berpengaruh terhadap kondisi wanita yang sedang hamil. Depresi yang tidak ditangani akan memiliki dampak yang buruk bagi ibu dan bayi yang dikandungnya.
Ada 2 hal penting yang mungkin berdampak pada bayi yang dikandungnya, yaitu :
a.        Pertama adalah timbulnya gangguan pada janin yang masih didalam kandungan.
b.        Munculnya gangguan kesehatan pada mental anak nantinya.
c.        Kelahiran premature
d.       Bayi lahir dengan berat badan yang rendah
e.        Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungan dan bahkan kesehatannya sendiri.
Depresi yang dialami, jika tidak disadari dan ditangani dengan sebaik – baiknya akan mengalihkan perilaku ibu kepada hal – hal yang negatif seperti minum-minuman keras, merokok dan tidak jarang sampai mencoba untuk bunuh diri. Hal inilah yang akan memicu terjadinya kelahiran prematur, bayi lahir dengan berat badan yang rendah, abortus dan gangguan perkembangan janin. Kelahiran bayi prematur juga akan menjauhkan dekapan seorang ibu terhadap bayi yang dilahirkan, karena si bayi akan ditempatkan di inkubator tersendiri. Apalagi jika sudah mengalami depresi mayor yang identik dengan keinginan bunuh diri, bisa saja langsung membuat janinnya meninggal. Ibu yang mengalami depresi ini tidak akan mempunyai keinginan untuk memikirkan perkembangan kandungannya dan bahkan kesehatannya sendiri.

II.6.    Penatalaksanaan Depresi
Strategi kesehatan yang bisa diterapkan pada saat masa kehamilan untuk mengantisipasi depresi yaitu menjadikan masa hamil sebagai pengalaman yang menyenangkan, selalu konsultasi dengan para ahli kandungan, makan makanan yang sehat, cukup minum air, mengupayakan selalu dapat tidur dengan baik dan melakukan senam bagi ibu hamil. Disamping itu juga melakukan terapi kejiwaan supaya terhindar dari depresi, lebih meningkatkan keimanan dan tentunya mendapat dukungan dari suami dan keluarga.
Sedangkan bagi yang telah terdiagnosis, perencanaan kehamilan sangat penting pada wanita hamil yang didiagnosis depresi, sebaiknya kehamilannya perlu direncanakan atau dikonsultasikan dengan ahli kebidanan dan kandungan, dan psikiater tentang masalah resiko serta keuntungan setiap pemakaian obat-obat psikofarmakologi.Rawat inap sebaiknya dipikirkan sebagai pilihan pengobatan psikofarmakologis pada trimester I untuk kasus kehamilan yang tidak direncanakan, dimana pengobatan harus dihentikan segera dan apabila terdapat riwayat gangguan afektif (depresi) rekuren.
Ada 2 fase penatalaksanaan farmakologis yang digambarkan dalam Panel Pedoman Depresi (Depression Guideline Panel) :
a.     Fase Akut
Gejalanya ditangani, dosis obat disesuaikan untuk mencegah efek yang merugikan dan klien diberi penyuluhan.
b.    Fase Lanjut
Klien dimonitor pada dosis efektif untuk mencegah terjadinya kambuh.Pada fase pemeliharaan, seorang klien yang beresiko kambuh sering kali tetap diberi obat.Untuk klien yang dianggap tidak beresiko tinggi mengalami kambuh, pengobatan dihentikan.Penggunaan antidepresan trisiklik sebaiknya hanya pada pasien hamil yang mengalami depresi berat yang mengeluhkan gejala vegetatif dari depresi, seperti menangis, insomnia, gangguan nafsu makan dan ada ide-ide bunuh diri.
Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs) terbukti sudah sangat berguna untuk menangani depresi sehingga menjadi pilihan untuk ibu hamil, mencakup fluoksetin dan sertralint.Obat ini menjadi pilihan karena obat tersebut lebih sedikit memiliki efek antikolinergik yang merugikan, toksisitas jantung, dan bereaksi lebih cepat daripada antidepresan trisiklik dan inhibitor oksidase monoamin (MOA) serta tidak menyebabkan hipotensi ortostatik, konstipasi dan sedasi.Disamping itu, psikoterapi atau metode support group secara rutin harus dilakukan bila ada konflik intrapsikis yang berpengaruh pada kehamilan.Terapi perilaku kognitif sangat menolong pasien depresi dan disertai antidepresan.Terapi elektrokompulsif (ECT) digunakan pada pasien depresi psikotik untuk mendapatkan respon yang lebih cepat, bila kehidupan ibu dan anak terancam, misalnya pada depresi hebat dan klien ingin bunuh diri atau jika tidak berespon terhadap pengobatan antidepresan.Dalam menghadapi klien penderita depresi, harus dilakukan dengan sikap serius dan mengerti keadaan penderita.Kita harus memberi pengertian kepada mereka dan mensupport atau memberikan motivasi yang dapat menenangkan jiwanya. Hendaknya jangan menghibur, memberi harapan palsu, bersikap optimis dan bergurau karena akan memperbesar rasa tidak mampu dan rendah diri.
Perubahan pola hidup dapat memperbaiki depresi pada sebagian orang:
a.                  Olahraga teratur
b.                  Berjemur pada sinar matahari
c.                  Penanganan stress
d.                 Konseling
e.                  Tidur teratur
f.                   Relaksasi
g.                  Meditasi

II.7.    Penularan Depresi
Penularan dari depresi sampai saat ini masih belum diketahui.
II.8.    Pencegahan Depresi
Bagi mereka yang sedang hamil, maka jadikan masa hamil ini sebagai pengalaman yang menyenangkan dalam hidupnya. Suami dan keluarga pun harus berperan aktif dalam membantu penyembuhan orang-orang terdekat ini. Dukungan dari mereka semua akan besar manfaatnya untuk menciptakan mood yang baik bagi ibu dan janinnya. Diharapkan, dengan dukungan total dari suami, istri dapat melewati masa kehamilannya dengan perasaan senang dan jauh dari depresi yang dapat berakibat sama terhadap anak yang di kandungnya. Sehingga pada saatnya nanti sang ibu hamil dapat melahirkan anak – anak dengan kualitas mental dan fisik yang baik serta berkualitas.


BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
Hamil merupakan proses yang tidak dapat dipisahkan dalam siklus hidup wanita. Kehamilan merupakan kejadian alamiah yang terjadi akibat bertemunya sel ovum dan sperma sehingga terjadi pembuahan. Wanita yang tidak dapat mengendalikan psikologisnya tidak mustahil akan mengalami depresi. Jika depresi tersebut tidak segera diatasi dengan cara yang tepat maka akan timbul gangguan jiwa (psikosis) yang menimbulkan halusinansi pada wanita tersebut. Jika telah sampai di tahap tersebut diperlukan terapi dan pengobatan khusus. Penderita biasanya sembuh setelah bayi lahir namun dalam kehamilan selanjutnya psikosa ini dapat muncul kembali.
Wanita dengan gangguan psikologis seperti ini harus mendapatkan perhatian khusus dan intensif agar tidak berpengaruh pada janinnya. Peran tenaga kesehatan di sini sangatlah penting untuk memotivasi dan memberikan pengobatan karena kehamilan merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa sehingga mencoba mengakhiri kehamilan termasuk dalam tindakan pembunuhan.

       III.2. Saran
Diharapkan kepada para wanita agar menepis semua perasaan dan pikiran yang bisa memicu terjadinya penyakit gangguan jiwa. Misalnya mensyukuri bahwa kehamilan adalah anugerah dari Allah SWT sehingga kehamilan dapat menjadi hal yang menyenangkan selain itu, diharapkan adanya partisipasi para keluarga dan orang-orang di sekitar dengan pemberian dukungan/motivasi dan segala macam bantuan positif lainnya yang mampu mensejahterahkan wanita hamil tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar