CSE :)

Loading

Jumat, 09 November 2012

INFEKSI PRENATAL


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
            Asuhan kebidanan adalah perawatan yang diberikan oleh bidan . Jadi asuhan neonates bayi dan balita adalah perwatan yang diberikan oleh bidan pada bayi yang baru lahir , bayi dan balita . Neonatus , bayi dan balita yang bermasalah adalah suatu penyimpangan yang dapat menyebabkan masalah dan gangguan pada neonates , bayi dan balita apabila tidak diberikan asuhan yang baik dan tepat . Oleh sebab itu seluruh mahasiswa kebidanan harus mempelajari asuhan kebidanan pada neonates , bayi dan balita , oeh karena itu penulis sedikt menulis salah satu gangguan pada neonates bayi dan balita . agar nantinya apabila telah dilahan praktik mahsiswa bisa menggunakan ilmunya dan mengatasi masalah tersebut dengan benar .

I.2. Tujuan
                Untuk mengetahui  bagaimana cara penatalaksanan infeksi perinatal agar tidak menimbulkan kecemasan pada orang tua anak .











BAB II
ISI

II.1. Pengertian :
Infeksi pada neonatus yang terjadi pada prenatal, antenatal, intranatal dan post natal.

II.2. Penyebab :
E. Coli, Pseudomonas Pyocyaneus, Klebsiela, Stapylococcus Aureus Coecus (Gonoccus)
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc membaginya dalam 3 golongan, yaitu :
1. Infeksi Antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Di sini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang dapat menyerang janin melalui jalan ini ialah :
(a). Virus, yaitu rubella, polyomyelitis, covsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion ;
(b). Spirokaeta, yaitu treponema palidum ( lues ) ;
(c). Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E. Coli dan listeria monocytogenes. Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
               2. Infeksi Intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara yang lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah. Ketubah pecah lama ( jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam ), mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentisitas dan amnionitik. Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina. Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal dapat juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ” oral trush ”.

3. Infeksi Pascanatal
Infeksi ini terjadi setelah bayi lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada saat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pasacanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah. Hal ini penting sekali karena mortalitas sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi. Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit

II.3.Gejala :
Bayi malas minum, gelisah makan juga terjadi latergi, frekuensi pernafasan meningkat, BB menurun, muntah pergerakan kurang, diare, skerema, oedema, perdarahan, ikterus, kejang, suhu tubuh dapat normal, hipotermi dan hipertermi.
II.4. Diagnosis
Diagnosa infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya. Diagnosis infeksi perianatal tidak mudah. Tanda khas seperti yang terdapat bayi yang lebih tua seringkali tidak ditemukan. Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti, anamnesis kehamilan dan persalinan yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratarium seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkalan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan permeriksaan selanjutnya.
Infeksi pada nonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi. Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup wasdpada terhadap kelainan tingkah laku neonatus yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus terutama BBLR yang dapat hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelaianan kongenital tertentu, namun tiba – tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi. Beberapa gejala yang dapat disebabkan diantaranya ialah malas, minum, gelisah atau mungkin tampak letargis. Frekuensi pernapasan meningkat, berat badan tiba – tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare. Selain itu dapat terjadi edema, sklerna, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplehomegali dan kejang. Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayi BBLR seringkali terdapat hipotermia dan sklerma. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ” Not Doing Well ” kemungkinan besar ia menderita infeksi
II.5. Penatalaksanaan :
  • Mengatur posisi tidur semi fowler
  • Bila suhu meningkat lakukan kompres dingin
  • Beri ASI sedikit demi sedikit
  • Bila Bayi muntah, posisikan bayi tidur miring.
  • Bila diare perhatikan personal hygiene dan keadaan lingkungan
  • Rujuk ke RS.
II.6. Tindakan Mengatasi Infeksi
1.      Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu biakan darah dan uji resistensi. Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin ( sefotaksim ) dengan dosis 200 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dosis awal 10 mg / kgbb / hari intarvena, dilanjutkan dengan 15 mg / kgbb / hari atau dengan gentomisin 6 mg / kgbb / hari. Pilihan kedua ialah ampisilin 300 – 400 mg / kgbb / hari intravena, dibagi dalam 4 dosis. Pilihan selanjutnya ialah kotriminazol 10 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6 mg / kgbb / hari intravena dibagi dalam 2 dosis ( dihitung berdasarkan dosis trimetoprim ). Lama pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada klorompenikol pada neonatus tidak melebihi 50 mg / kgbb / hari untuk mencegah terjadinya syndrom ” Grey Baby ” dan pemberian sefalosporin serta kotrimoksazol tidak dilakukan pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu.
2. Pemeriksaan laboratorium rutin.
3. Biakan darah 2 uji resistensi.
4. Fungsi lumbal dan biakan cairan serebrospinalis dan uji resistensi.
5. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin.

II.7. Cara Pencegahan Infeksi
            Berikan perawatan rutin bayi baru lahir :
  • Setelah enam jam pertama kehidupan atau setelah suhu tubuh bayi stabil, gunakan kain katun yang direndam dalam air hangat untuk membersihkan darah dan cairan tubuh lain ( misal: dari kelahiran ) dari kulit bayi, kemudian keringkan kulit. Tunda memandikan bayi kecil ( kurang dari 2,5 kg pada saat lahir atau sebelum usia gestasi 37 minggu ) sampai minimal hari kedua kehidupan.
  • Bersihkan bokong dan area perineum bayi setiap kali mengganti popok bayi, atau sesering yang dibutuhan dengan menggunakan kapas yang direndam dalam air hangat bersabun, kemudian keringkan area tersebut secara cermat.
  • Pastikan bahwa ibu mengetahui peraturan posisi penempatan yang benar untuk meyusui untuk mencegah mastitis dan kerusakan puting.





















BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
                Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit dibandingkan dengan bayi yang lahir di luar rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans. Plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas..
                Untuk itu jika menumukan etiologi bayi yang terkena infeksi segera lakukan pengkajian dan tindakan .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar