CSE :)

Loading

Jumat, 09 November 2012

ICHTERIC


II.1. Pengertian Ikhteric
lkterus terjadi apabila terdapat bilirubin dalam darah. Pada sebagian besar neonatus, ikterus akan ditemukan dalam minggu pertama kehidupannya. Dikemukakan bahwa kejadian ikterus terdapat pada 60% bayi cukup bulan dan pada bayi 80% bayi kurang bulan. Di Jakarta dilaporkan 32,19 % menderita ikterus. Ikterus ini pada sebagian lagi bersifat patologik yang dapat menimbulkan gangguan yang menetap atau menyebabkan kematian. Setiap bayi dengan ikterus yang ditemukan dalam 24 jam pertama kehidupan bayi atau bila kadar bilirubuin meningkat lebih dari 5 mg/dl dalam 24 jam. Kemung­kinan mengalami ikterus fathologis, dan bila kadar biliru­bin > 5mg/dl, ikterus akan terlihat dengan kasat mata.

Proses hemolisis darah, infeksi berat ikterus yang ber­langsung lebih dari 1 mg/dl juga merupakan keadaan kemungkinan adanya ikterus patologi. Dalam keadaan tersebut penatalaksanaan ikterus dilakukan sebaik-baik­nya agar akibat buruk ikterus dapat dihindarkan.

II.2. Macam-Macam Ikterus
  1. Ikterus Neonatorum: Yaitu disklorisasi pada kulit atau organ lain karena penumpukan bilirubin
  2. Ikterus fisiologis Yaitu ikterus yang timbul pada hari kedua dan ketiga yang tidak mempunyai dasar pato­logis, kadarnya tidak melewati kadar yang membaha­yakan atau mempunyai potensi menjadi "kernikterus" dan tidak menyebabkan suatu morbiditas pada bayi.
  3. Ikterus patologis, Yaitu ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar bilirubinnya mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.
  4. Kernicterus, Suatu sindroma neurologik yang timbul sebagai akibat penimbunan bilirubin tak terkonjugasi dalam se1-sel otak.
II.3.  Diagnosis
Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan; Biliru­bin serum meningkat dengan kecepatan lebih besar dari 5 mg/dl/24 jam; Kadar bilirubin serum lebih besar dari 12 mg/dl pada bayi aterm dan lebih besar dari 14 mg/dl pada bayi preterm; Ikterus persisten sampai melewati minggu pertama kehidupan, atau; Bilirubin direk lebih besar dari 1 mg/dl. Kemungkinan patologis perlu dicari penyebabnya, untuk membedakan diagnosis ikterus ter­gantung dari timbulnya kapan.
  1. Ikterus yang timbul pada 24 jam pertama:
Penyebab ikterus yang terjadi pada 24 jam pertama menurut besarnya kemungkinan dapat disusun seba­gai berikut: Inkompatibilitas darah Rh, ABO atau golongan lain; Infeksi intrauterin (oleh virus, tokso­plasma, lues dan kadang-kadang bakteri); Kadang­kadang oleh defisiensi G-6-PD. Pemeriksaan yang perlu dilakukan: Kadar bilirubin serum berkala; Darah tepi lengkap; Golongan darah ibu dan bayi; Uji coombs; Pemeriksaan penyaring defisiensi enzim G-6-PD, biakan darah atau biopsi hepar bila perlu.
  1. Ikterus yang timbul 24-72 jam sesudah lahir
lkterus timbul biasanya ikterus fisiologis; Masih ada kemungkinan inkompatibilitas darah ABO atau Rh atau golongan lain. Hal ini dapat diduga kalau pe­ningkatan kadar bilirubin cepat, misalnya melebihi 5 mg%/24 jam; Defisiensi enzim G-6-PD juga mungkin Polisitemia; hemolisis perdarahan tertutup (perdara­han subaponeurosis, perdarahan hepar subkapsuler dan lain-lain); Hipoksia; Sferositosis, eliptositosis dan lain-lain; Dehidrasi asidosis; Defisiensi enzim eritrosit lainnya.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan: Bila keadaan bayi baik dan peningkatan ikterus tidak cepat, dapat dilakukan pemeriksaan daerah tepi, pemeriksaan kadar bilirubin berkala, pemeriksaan penyaring enzim G-6-PD dan pemeriksaan lainnya bila perlu_
  1. Ikterus yang timbul sesudah 72 jam pertama sampai akhir minggu pertama
lkterus ini timbul biasanya karena infeksi (sepsis); Dehidrasi asidosis; Difisiensi enzim G-6-PD; Pengaruh obat; Sindrom Criggler-Najjar; Sindrom Gilbert.
  1. Ikterus yang timbul pada akhir minggu per­tama dan selanjutnya
Ikterus ini timbul karena obstruksi, Hipotiroidisme, "breast milk jaundice", Infeksi, Neonatal hepatitis, Galaktosemia, Lain-lain.
Pemeriksaan yang perlu dilakukan: Pemeriksaan bili­rubin (direk dan indirek) berkala, Pemeriksaan darah tepi, Pemeriksaan penyaring G-6-PD, Biakan darah, biopsi hepar bila ada indikasi, Pemeriksaan lainnya yang berkaitan dengan kemungkinan penyebab, dapat diambil kesimpulan bahwa ikterus baru dapat dikatakan fisiologis sesudah observasi dan pernerik­saan selanjutnya tidak menunjukkan dasar patologis dan tidak mempunyai potensi berkembang menjadi 'kernicterus'.

II.4. Gejala Ikhteric
Menurut Surasmi (2003) gejala hiperbilirubinemia dikelompokkan menjadi :
a. Gejala akut : gejala yang dianggap sebagai fase pertama kernikterus pada neonatus adalah letargi, tidak mau minum dan hipotoni.
b. Gejala kronik : tangisan yang melengking (high pitch cry) meliputi hipertonus dan opistonus (bayi yang selamat biasanya menderita gejala sisa berupa paralysis serebral dengan atetosis, gengguan pendengaran, paralysis sebagian otot mata dan displasia dentalis).
Sedangkan menurut Handoko (2003) gejalanya adalah warna kuning (ikterik) pada kulit, membrane mukosa dan bagian putih (sclera) mata terlihat saat kadar bilirubin darah mencapai sekitar 40 µmol/l.

Gejala utamanya adalah kuning di kulit, konjungtiva dan mukosa. Disamping itu dapat pula disertai dengan gejala-gejala:
1. Dehidrasi.Asupan kalori tidak adekuat (misalnya: kurang minum, muntah-muntah)
2. Pucat. Sering berkaitan dengan anemia hemolitik (mis. Ketidakcocokan golongan darah ABO, rhesus, defisiensi G6PD) atau kehilangan darah ekstravaskular.
3. Trauma lahir. Bruising, sefalhematom (peradarahan kepala), perdarahan tertutup lainnya.
4. Pletorik (penumpukan darah). Polisitemia, yang dapat disebabkan oleh keterlambatan memotong tali pusat.
5. Letargik dan gejala sepsis lainnya.
6. Petekiae (bintik merah di kulit). Sering dikaitkan dengan infeksi congenital, sepsis atau eritroblastosis.
7. Mikrosefali (ukuran kepala lebih kecil dari normal) Sering berkaitan dengan anemia hemolitik, infeksi kongenital, penyakit hati
8. Hepatosplenomegali (pembesaran hati dan limpa)
9. Omfalitis (peradangan umbilikus)
10. Hipotiroidisme (defisiensi aktivitas tiroid)
11. Massa abdominal kanan (sering berkaitan dengan duktus koledokus)
12. Feses dempul disertai urin warna coklat. Pikirkan ke arah ikterus obstruktif, selanjutnya konsultasikan ke bagian hepatologi.

II.5. Penatalaksanaan

1. Pertimbangkan terapi sinar pada:

* NCB (neonatus cukup bulan) – SMK (sesuai masa kehamilan) sehat : kadar bilirubin total > 12 mg/dL
* NKB (neonatus kurang bulan) sehat : kadar bilirubin total > 10 mg/dL

2. Pertimbangkan tranfusi tukar bila kadar bilirubin indirek > 20 mg/dL
3. Terapi sinar intensif
* Terapi sinar intensif dianggap berhasil, bila setelah ujian penyinaran kadar bilirubin minimal turun 1 mg/dL.

II.6. Pemeriksaan penunjang

1. Kadar bilirubin serum (total)
2. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi
3. Penentuan golongan darah dan Rh dari ibu dan bayi
4. Pemeriksaan kadar enzim G6PD
5. Pada ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati, uji fungsi tiroid, uji urin terhadap galaktosemia.
6. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, urin, IT rasio dan pemeriksaan C reaktif protein (CRP).

II.7. Pencegahan

Kejadian Ikterus pada bayi baru lahir, dapat dicegah dan dihentikan peningkatannya dengan pengawasan antenatal yang baik; Menghindari obat yang dapat me­ningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfafurazole, novobiosin, oksitosin dan lain-lain; Pencegahan dan mengobati hipoksia pada janin dan neonatus; Penggunaan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus; Iluminasi yang baik pada bang­sal bayi baru lahir; Pemberian ASI secara dini; Pencega­han infeksi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar