BAB II
ISI
II.1. Perubahan Fisiologis pada Kala I Persalinan
a)
Perubahan Tekanan Darah
Tekanan darah
meningkat selama kontraksi uterus dengan kenaikan sistolik rata-rata sebesar
10-20mmHg dan kenaikan diastolic rata-rata 5-10mmHg. Diantara
kontraksi-kontraksi uterus, tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk
persalinan dan akan naik lagi bilaterjadi kontraksi. Arti penting dan kejadian
ini adalah untuk memastikan tekanan darah yang sesungguhnya, sehingga
diperlukan pengukuran diantara kontraksi. Jika seorang ibu dalam keadaan sangat
takut atau kawatir, pertimbangkan kemungkinan rasa takutnyalah yang menyebabkan
kenaikan tekanan darah. Dalam hal ini perlu dilakukan periksaan lainnya untuk
mengesampingkan Preeklamsia, oleh karena itu diperlukan asuhan yang mendukung
yang dapat menimbulkan ibu rileks atau santai.
Posisi tidur
terlentang selama bersalin akan menyebabkan penekanan uterus terhadap pembuluh drah
besar ( Aorta ) yang akan menyebabkan sirkulasi darah baik untuk ibu maupun
janin akan terganggu, ibu dapat terjadi hipotensi dan janin dapat asfiksia.
Oleh karena itu posisi tidur selama persalinan yang baik adalah menghindari
posisi tidur terlentang.
Untuk memastikan
tekanan darah yang sesungguhnya maka diperlukan pengukuran tekanan darah diluar
kontraksi.
b) Perubahan Metabolisme
Selama persalinan,
baik metabolisme karbohidrat aerobic maupun anaerobic akan naik secara
perlahan. Kenaikan ini sebagian besar disebabkan karena oleh kecemasan serta
kegiatan otot kerangka tubuh.kegiatan, pernafasan,kardiak output dan kehilangan
cairan.
c) Perubahan suhu badan
Suhu badan akan
sedikit meningkat selama persalinan,suhu mencapai tertinggi selama persalinan
dan segera setelah kelahiran.kenaikan suhu dianggap normal asal tidak melebihi
0,5-1C suhu badan yang naik sedikit merupakan keadaan yang wajar ,namu
bilakeadaan ini berlangsung lama ,kenaikan suhu ini mengindikasikan adanya
dehidrasi .parameter lainnya harus dilakukan antara lain selaput ketuban sudah
pecah atau belum ,karena hal ini bisamerupakan tanda infeksi .
d) Denyut jantung
Perubahan yang
mencolok selama kons traksi dengan kenaikan deyut jantung ,penurunan selama
acme sampai satu angka yang lebih rendah dan angka antara kontraksi .penurunan
yang menyolok selama acme kontraksi uterus tidak terjadi jika ibu berada dalam
posisi miring bukan posisi trlentang .denyut jantung diantara kontraksi sedikit
lebih tinggi disbanding selama periode persalinan atau sebelum masuk
persalinan. Hal ini mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama
persalinan. Denyut jantung yang sedikit naik merupakan keadaan yang normal,
meskipun normal perlu di control secara periode untuk mengidentifikasi adanya
infeksi
e) Pernafasan
Pernafasan terjadi
kenaikan sedikit dibanding dengan sebelum persalinan, kenaikan pernapasan ini
dapat disebabkan karena adanya nyeri, kekuatiran, serta penggunaan tehnik
pernapasan yang tidak benar. Untuk itu diperlukan tindakan untung
mengendalikan pernafasan (untuk menghindari hiperventilasi) yang ditandai oleh
adanya perasaan pusing.
f) Perubahan Renal
Poly uri sering
terjadi selama persalinan, hal ini di sebabkan oleh kardiak output yang
meningkat, serta disebabkan karena filtrasi glomerulus serta aliran plasma ke
renal. Polyuri tidak begitu kelihatan dalam posisi terlentang, yang mempunyai
efek mengurangi aliran urin selama kehamilan. Kandung kencing harus sering di
control (setiap 2 jam) yang bertujuan agar tidak menghambat penurunan bagian
rendah janin & trauma pada kandung kemih serta menghindari retensi urin
setelah melahirkan. Protein dalam urin (+1) selama persalinan merupakan hal
yang wajar, tetepi proteinuri (+2) merupakan hal yang tidak wajar, keadaan ini
lebih sering pada ibu primapara, anemia, persalinan lama atau pada kasus
pre-eklamsia.
g) Perubahan Gastro Intestinal
Kemampuan
pergerakan gastric serta penyerapan makanan padat berkurang akan menyebabkan
pencernaan hamper berhenti selama persalinan dan menyebabkan konstipasi.
Lambung yang penuh dapat menimbulkan ketidak nyamanan, oleh karena itu ibu
dianjurkan tidak makan terlalu banyak dan minum berlebihan, tetapi makan dan
minum semaunya untuk mempertahankan energi dan hidrasi.
h) Perubahan Hematologis.
Hematologis akan
meningkat 1,2 gr / 100 ml selama persalinan dan kembali ketingkat pra
persalinan pada hari pertama setelah persalinan apabila tidak terjadi
kehilangan darah selama persalinan, waktu koagulasi berkurang akan mendapat
tambahan plasma selama persalinan. Jumlah sel-sel darah putih meningkan secara
progressif selama kala 1 persalinan sebesar 5000 s/d 15000 WBC sampai dengan
akhir pembukaan lengkap, hal ini tidak berindikasi adanya infeksi. Setelah itu
turun lagi kembali keadaan semula gula darah akan turun selama persalinan dan
akan turun secara mencolok pada persalinan yang mengalami penyulit atau persalinan
lama, hal ini di sebabkan karena kegiatan uterus dan otot-otot kerangka tubuh.
Penggunaan uji laboratorium untuk penapisan ibu yang menderita diabetes militus
akan memberi hasil yang tidak tepat dan tidak dapat diandalkan.
i) Perubahan Uterus
·
Kontraksi Uterus
Selama persalinan,
uterus berubah bentuk menjadi dua bagian yang berbeda. Segmen atas yang
berkontraksi secara aktif menjadi lebih tebal ketika persalinan berlangsung.
Bagian bawah relatif pasif dibanding dengan segmen atas, dan bagian ini berkembang
menjadi jalan lahir yang berdinding jauh lebih tipis. Segmen bawah uterus
analog dengan ismus uterus yang melebar dan menipis pada perempuan yang tidak
hamin. Segmen bawah secara bertahap terbentuk ketika kehamilan bertambah tua
dan kemudian menipis sekali pada saat persalinan. Dengan palpasi abdomen kedua
segmen dapat dibedakan ketika terjadi kontraksi, sekali pun selaput ketuban
belum pecah. Segmen atas uterus cukup kencang atau keras, sedangkan konsistensi
segmen bawah uterus jauh kurang kencang. Segmen atas uterus merupakan bagian
uterus yang berkontraksi secara aktif, segmen bawah adalah bagian yang
diregangkan, normalnya jauh lebih pasif.
Seandainya seluruh
dinding otot uterus, termasuk segmen bawah uterus dan serviks, berkontraksi
secara bersamaan dan dengan intensitas yang sama, maka gaya dorong persalinan
akan jelas menurun. Di sinilah letak pentingnya pembagian uterus menjadi segmen
atas yang aktif berkontraksi dan segmen bawah yang lebih pasif yang berbeda
bukan hanya secara anatomik melainkan juga secara fisiologik. Segmen atas
berkontraksi, mengalami retraksi dan mendorong janin keluar, sebagai respons
terhadap gaya dorong kontraksi segmen atas, sedangkan segmen bawah uterus dan
serviks akan semakin lunak berdilatasi dan dengan cara demikian membentuk suatu
saluran muskalar dan fibromuskular yang menipis sehingga janin dapat menonjol
keluar.
Miometrium pada
segmen atas uterus tidak berelaksasi sampai kembali ke panjang aslinya setelah
kontraksi, tetapi menjadi relatif menetap pada panjang yang lebih pendek.
Namun, tegangannya tetap sama seperti sebelum kontraksi. Bagian atas uterus,
atau segmen aktif, berkontraksi ke bawah meski pada saat isinya berkurang,
sehingga tegangan miometrium tetap konstan. Efek akhirnya adalah mengencangkan
yang kendur, dengan mempertahankan otot uterus tetap menempel erat pada isi
uterus. Sebagai konsekuensi retraksi, setiap kontraksi yang berikutnya mulai di
tempat yang ditinggalkan oleh kontraksi sebelumnya, sehingga bagian atas rongga
uterus menjadi sedikit lebih kecil pada setiap kontraksi berikutnya. Karena
pemendekan serat otot yang terus-menerus pada setiap kontraksi, segmen atas
uterus yang aktif menjadi semakin menebal di sepanjang kala pertama dan kedua
persalinan dan menjadi tebal sekali tepat setelah perlahiran janin.
Fenomena retraksi
segmen atas uterus bergantung pada berkurangnya volume isi uterus terutama pada
awal persalinan ketika seluruh uterus benar-benar merupakan sebuah kantong
tertutup dengan hanya sebuah lubang kecil pada ostium serviks. Ini memungkinkan
semakin banyak isi intrauterin mengisi segmen bawah, dan segmen atas hanya
beretraksi sejauh mengembangnya segmen bawah dan dilatasi serviks.
Relaksasi segmen
bawah uterus bukan merupakan relaksasi sempurna, tetapi lebih merupakan lawan
retraksi. Serabut-serabut segmen bawah menjadi teregang pada setiap kontraksi
segmen atas, dan sesudahnya tidak kembali ke panjang sebelumnya tetapi relatif
tetap mempertahankan panjangnya yang lebih panjang, namun tegangan pada
dasarnya tetap sama seperti sebelumnya. Otot-otot masih menunjukkan tonus,
masih menahan regangan, dan masih berkontraksi sedikit pada saat ada
rangsangan. Ketika persalinan maju, pemanjangan berturut-turut serabut otot di
segmen bawah uterus diikuti dengan pemendekan, normalnya hanya beberapa
milimeter pada bagian yang paling tipis. Sebagai akibat menipisnya segmen bawah
uterus dan bersamaan dengan menebalnya segmen atas, batas antara keduanya
ditandai oleh suatu lingkaran pada permukaan dalam uterus, yang disebut sebagai
cincin retraksi fisiologik. Jika permendekan segmen bawah uterus terlalu
tipis, seperti pada partus macet, cincin ini sangat menonjol, sehingga
membentuk cincin retraksi patologik. Ini merupakan kondisi abnormal yang
juga disebut sebagai cincin Bandl. Adanya suatu gradien aktivitas
fisiologik yang semakin mengecil dari fundus sampai serviks dapat diketahui
dari pengukuran bagian atas dan bawah uterus pada persalinan normal.
·
Perubahan Bentuk Uterus
Setiap kontraksi
menghasilkan pemanjangan uterus berbentuk ovoid disertai pengurangan diameter
horisontal. Dengan perubahan bentuk ini, ada efek-efek penting pada proses
persalinan. Pertama, pengurangan diameter horisontal menimbulkan
pelurusan kolumna vertebralis janin, dengan menekankan kutub atasnya
rapat-rapat terhadap fundus uteri, sementara kutub bawah didorong lebih jauh ke
bawah dan menuju ke panggul. Pemanjangan janin berbentuk ovoid yang
ditimbulkannya diperkirakan telah mencapai antara 5 sampai 10 cm; tekanan yang
diberikan dengan cara ini dikenal senagai tekanan sumbu janin. Kedua,
dengan memanjangnya uterus, serabut longitudinal ditarik tegang dan karena
segmen bawah dan serviks merupakan satu-satunya bagian uterus yang fleksibel,
bagian ini ditarik ke atas pada kutub bawah janin. Efek ini merupakan faktor
yang penting untuk dilatasi serviks pada otot-otot segmen bawah dan serviks.
·
Pembentukan sekmen atas rahim dan segmen bawah rahim
Segmen atas
rahim(SAR) terbentuk pada uterus bagian atas dengan sifat otok yang lebih tebal
dan kontraktif. Pada baghian ini terdapat banyak otot serong dan memanjang. SAR
terbentuk dari fundus ishmus uteri.
Segmen bawah rahim
(SBR) terbentang diuteruas bagian bawah atas ishmus dengan serviks, dengan
sifat otot yang tipis dan elastis, pada bagian ini banyak bagian otot yang
melingkar dan memanjang.
·
Perkembangan retaksirin
Retaksirin adalah
batas pinggir antara SAR dan SBR dalamkeadaan persalinan normal tidak tampak
dan akan kelihatan pada persalinan abnormal, karena kontraksi uterus yang
berlebihan, retraksiring akan tampak sebagai garis atau batas yang menonjol
diatas simpisis yang merupakan tanda dan ancaman ruptur uterus.
·
Penarikan serviks
Pada ahir
kehamilan otot yang mengelilingi ostium ute3ri internum (OUI) ditarik oleh SAR
yanh menyebabkan serviks menjadi pendek dan menjadi bagian dari SBR. Bentuk
seviks menghilang karena kanalis servikalis membesar dan atas membentuk ostium
uteri eksterna(OUE) sebagai ujung dan bemntuk yang sempit.
j)
Perubahan-perubahan pada Serviks
Tenaga yang
efektif pada kala satu persalinan adalah kontraksi uterus, yang selanjutnya
akan menghasilkan tekanan hidrostatik ke seluruh selaput ketuban terhadap
serviks dan segmen bawah uterus. Bila selaput ketuban sudah pecah, bagian
terbawah janin dipaksa langsung mendesak serviks dan segmen bawah uterus.
Sebagai akibat kegiatan daya dorong ini, terjadi dua perubahan mendasar –
pendataran dan dilatasi – pada serviks yang sudah melunak. Untuk lewatnya
rata-rata kepala janin aterm melalui serviks, saluran serviks harus dilebarkan
sampai berdiameter sekitar 10 cm, pada saat ini serviks dikatakan telah membuka
lengkap. Mungkin tidak terdapat penurunan janin selama pendataran serviks,
tetapi paling sering bagian terbawah janin mulai turun sedikit ketika sampai
pada kala dua persalinan, penurunan bagian terbawah janin terjadi secara khas
agak lambat pada nulipara. Namun, pada multipara, khususnya pada paritasnya
tinggi, penurunan bisa berlangsung san
·
Pendataran Serviks
Obliterasi atau pendataran
serviks adalah pemendekan saluran serviks dari panjang sekitar 2 cm menjadi
hanya berupa muara melingkar dengan tepi hampir setipis kertas. Proses ini
disebut sebagai pendataran (effacement) dan terjadi dari atas ke bawah.
Serabut-serabut otot setinggi os serviks internum ditarik ke atas, atau
dipendekkan, menuju segmen bawah uterus, sementara kondisi os eksternum untuk
sementara tetap tidak berubah. Pinggiran os internum ditarik ke atas beberapa
sentimeter sampai menjadi bagian (baik secara anatomik maupun fungsional) dari
segmen bawah uterus. Pemendekan dapat dibandingkan dengan suatu proses
pembentukan terowongan yang mengubah seluruh panjang sebuah tabung yang sempit
menjadi corong yang sangat tumpul dan mengembang dengan lubang keluar melingkar
kecil. Sebagai hasil dari aktivitas miometrium yang meningkat sepanjang
persiapan uterus untuk persalinan, pendaratan sempurna pada serviks yang lunak
kadangkala telah selesai sebelum persalinan aktif mulai. Pendataran menyebabkan
ekspulsi sumbat mukus ketika saluran serviks memendek.
·
Dilatasi Serviks
Jika dibandingkan
dengan korpus uteri, segmen bawah uterus dan serviks merupakan daerah yang
resistensinya lebih kecil. Oleh karena itu, selama terjadi kontraksi,
struktur-struktur ini mengalami peregangan, yang dalam prosesnya serviks
mengalami tarikan sentrifugal. Ketika kontraksi uterus menimbulkan tekanan pada
selaput ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan melabarkan saluran
serviks. Bila selaput ketuban sudah pecah, tekanan pada bagian terbawah janin terhadap
serviks dan segmen bawah uterus juga sama efektifnya. Selaput ketuban yang
pecah dini tidak mengurangi dilatasi serviks selama bagian terbawah janin
berada pada posisi meneruskan tekanan terhadap serviks dan segmen bawah uterus.
Proses pendataran dan dilatasi serviks ini menyebabkan pembentukan kantong
cairan amnion di depan kepala, yang akan diuraikan secara rinci kemudian.
Friedman, dalam
risalahnya tentang persalinan menyatakan bahwa “ciri-ciri klinis kontraksi
uterus yaitu frekuensi, intensitas dan durasi, tidak dapat diandalkan sebagai
ukuran kemajuan persalinan dan sebagai indeks normalitas persalinan. Selain
dilatasi serviks dan turunnya janin, tidak ada ciri klinis pada ibu melahirkan
yang tampaknya bermanfaat untuk menilai kemajuan persalinan”. Pola dilatasi
serviks yang terjadi selama berlangsungnya persalinan normal mempunyai bentuk
kurva sigmoid. Dua fase dilatasi serviks adalah fase laten dan fase aktif. Fase
aktif dibagi lagi menjadi fase akselerasi, fase lereng maksimum dan fase deselerasi.
Lamanya fase laren lebih bervariasi dan rentan terhadap perubahan oleh
faktor-faktor luar dan oleh sedasi (pemanjangan fase laten). Lamanya fase laten
kecil hubungannya dengan perjalanan proses persalinan berikutnya, sementara
ciri-ciri fase akselerasi biasanya mempunyau nilai prediktif yang lebih besar
terhadap hasil akhir persalinan tersebut. Friedman menganggap fase landai
maksimum sebagai “alat ukur yang baguis terhadap efisiensi mesin ini secara
keseluruhan”, sedangkan sifat fase deselerasi lebih mencerminkan
hubungan-hubungan fetopelvik. Lengkapnya dilatasi serviks pada fase aktif
persalinan dihasilkan oleh retraksi serviks di sekeliling bagian terbawah
janin. Setelah dilatasi serviks lengkap, kala dua persalinan mulai, sedudah itu
hanya progresivitas turunnya bagian terbawah janin merupakan satu-satunya alat
ukur yang tersedia untuk menilai kemajuan persalinan.
·
Pembentukan osteumuteri interna danosteumuteri eksterna.
Pembentuka serviks
disebabkan oleh karena pembesaran OUE karena otot yang melingkar disekitar
ostium meregang untuk dilewati kepala. Pembukaan uteri tidak saja kerena
penarikan SAR akan tetapi juga karena tekanan isi uetus yaitu kepala dan
kantung amnion. Pada primigravida dimulai dari ostium ueri internum terbuka
lebih dahulu baru ostium eksterna membuka pada saat persalinan terjadi .
sedangkan pada multigrafida ostuium uteri internum dan eksernum membuka secara
bersama-sama pada saat persalinan terjadi.
k) Show
Show adalah
pengeluaran dari vagina yang terdiri dan sedikit lendir yang bercampur
darah,lendir ini berasal dan ekstruksi lendir yang menyumbat kanalis servikalis
sepajang kehamilan,sedangkan darah berasal dan desiduavera yang lepas.
l) Tonjolan kantong ketuban
Tonjolan kantong
ketuban ini di sebabkan oleh adanya regangan SBR yang menyebabkan terlepasnya
selaput korion yang menempel pada uterus,dengan adanya tekanan maka akan
terlihat kontong yang berisi cairan yang menonjol ke ostium uteri.internum yang
terbuka.cairan ini terbagi dua yaitu forewater dan hindwoter yang berfungsi
untuk melindungi selapu amnion agar tidak terlepas seluruhnya. Tekanan yang di
arahkan ke cairan sama dengan tekanan ke uterus sehingga akan timbul genersi
fluod presur.bila selaput ketuban pecah maka cairan tersebu akan keluar,
sehingga plasenta akan tertekan dan menyebabkan fungsi plasenta terganggu.hal
ini akan menyebabkanfetus kekurangan oksigen.
m) Perubahan pada Vagina dan Dasar
Panggul
Jalan lahir
disokong dan secara fungsional ditutup oleh sejumlah lapisan jaringan yang
bersama-sama membentuk dasar panggul. Struktur yang paling penting adalah m.
levator ani dan fasia yang membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang demi
praktisnya dapat dianggap sebagai dasar panggul. Kelompok otot ini menutup
ujung bawah rongga panggul sebagai sebuah diafragma sehingga memperlihatkan
permukaan atas yang cekung dan bagian bawah yang cembung. Di sisi lain m.
levator ani terdiri atas bagian pubokoksogeus dan iliokoksigeus. Bagian
posterior dan lateral dasar panggul, yang tidak diisi oleh m. levator ani diisi
oleh m. piriformis dan m. koksigeus pada sisi lain.
Ketebalan m.
levator ani bervariasi dari 3 sampai 5 mm meskipun tepi-tepinya yang melingkari
rektum dan vagina agak tebal. Selama kehamilan, m levator ini biasanya
mengalami hipertrofi. Pada pemeriksaan pervaginam tepi dalam otot ini dapat
diraba sebagai tali tebal yang membentang ke belakang dari pubis dan melingkari
vagina sekitar 2 cm di atas himen. Sewaktu kontraksi, m levator ani menarik
rektum dan vagina ke atas sesuai arah simfisis pubis sehingga bekerja menutup
vagina. Otot-otot perineum yang lebih superfisial terlalu halus untuk berfungsi
lebih dari sekedar sebagai penyokong.
Pada kala satu
persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin memainkan peran penting
untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah,
perubahan-perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang
diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas
peregangan serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian tengah
perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan berbentuk baji setebal 5 cm
menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi) struktur membran tipis yang hampir
transparan dengan tebal kurang dari 1 cm. Ketika perineum teregang maksimal,
anus menjadi jelas membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2 sampai 3
cm dan di sini dinding anterior rektum menonjol. Jumlah dan besar pembuluh
darah yang luar biasa yang memelihara vagina dan dasar panggul menyebabkan
kehilangan darah yang amat besar kalau jaringan ini robek.
n) Perubahan Ligamentum Rotundum
Ligamentum
rotundum mengandung otot–otot polos dan kalau uterus berkontraksi, otot–otot
ligamentum rotundum ikut berkontraksi hingga ligamentum rotundum menjadi
pendek.
Faal ligamentum
rotundum dalam persalinan
a.
Fundus uteri pada saat kehamilan bersandar pada tulang belakang, ketika
persalinan berlangsung berpindah kedepan mendesak dinding perut bagian depan
kedepan pada setiap kontraksi. Perubahan ini menjadikan sumbu rahim searah
dengan sumbu jalan lahir.
b.
Fundus uteri tertambat karena adanya kontraksi ligamentum rotundum pada saat
kontraksi uterus, hal ini menyebabkan fundus tidak dapat naik keatas. Bila pada
waktu kontraksi fundus naik keatas maka kontraksi itu tidak dapat mendorong anak
kebawah
II.2. Perubahan
Fisiologis pada persalinan Kala I
Rasa
nyeri dalam persalinan sudah menjadi pokok pembicaraan diantara wanita sejak
jaman dahulu, banyak calon ibu menghadapi kehamilan dan kelahiran anaknya
dengan perasaan takut dan cemas. Tidak mudah untuk menghilangkan rasa takut
yang sudah berakar, akan tetapi dokter dan bidan dapat berbuat banyak dengan
membantu para wanita yang di hinggapi rasa takut dan cemas. Ketakutan merupakan
faktor utama yang menyebabkan rasa nyeri pada persalinan, yang seyogianya
normal dan tanpa rasa nyeri yang berarti. Ketakutan mempunyai pengaruh yang
tidak baik pula terhadap his dan lancarnya pembukaan.
Fenomena psikologis yang
menyertai proses persalinan bermacam-macam. Setiap wanita memiliki disposisi
kepribadian yang definitif dan mewarnai persalinan bayinya. Apa yang terjadi
saat persalinan, secara langsung mempengaruhi psikologis dalam
kelahiran.perasaan dan sikap seorang wanita dalam melahirkan sangat bervariasi
dan di pengaruhi banyak faktor. Diantaranya :
-
Perbedaan struktur sosial,budaya,agama
-
kesiapan ibu dalam menghadapi persalinan
-
pengalaman masa lalu
-
support sistem
-
lingkungan
·
perubahan psikologis pada kala 1 :
1. banyak wanita normal bisa merasakan kegairahan dan
kegembiraan di saat merasakan kesakita-kesakitan pertama menjelang kelahiran
bayinya. Perasaan positif ini merupakan kelegaan hati seolah-olah pada saat
itulah benar-benar terjadi suatu “realitas kewanitaan sejati”.yaitu munculnya
rasa bangga dapat melahirkan atau memproduksi anak.
2. seorang wanita dalam proses kelahiran bayinya merasa
tidak sabar mengikuti irama naluriah dan mau mengatur dirinya sendiri, biasanya
mereka menolak nasehat-nasehat dari luar. Sikap yang berlebihan ini pada
hakikatnya merupakan ekspresi dari mekanisme melawan ketakutan.
3. wanita mungkin menjadi takut dan khawatir jika dia berada
pada lingkungan yang baru atau asing, diberi obat, lingkungan rumah sakit yang
tidak menyenangkan, tidak mempunyai otonomi sendiri, kehilangan identitas, dan
kurang perhatian.
4. pada multigravida, sering terjadi kekhawatiran atau cemas
terhadap anak-anaknya yang tinggal dirumah, dalam hal ini bidan bisa berbuat
banyak untuk menghilangkan kecemasan ini.
·
Perubahan psikologi pada kala 1
Ø
Fase laten
Pada fase ini, biasanya ibu
merasa lega dan bahagia karena masa kehamilannya akan segera berakhir. Namun
pada awal persalinan, wanita biasanya gelisah,gugup,cemas dan khawatir
berhubungan dengan rasa tidak nyaman karena kotraksi. Biasanya ingin
berbicara,perlu ditemani,tidak tidur,ingin berjalan-jalan dan menciptakan
kontak mata.
Ø
Fase aktif
Pada persalinan stadium dini, ibu
dapat tetap makan dan minum atau tertawa dan ngobrol dengan riang diantara
kontraksi. begi tu persalinan maju,ibu tidak punya keinginan lagi untuk makan
dan mengobrol, menjadi lebih pendiam, dan bertindak lebih didasari naluri
karena bagian primitif otak mengambil alih.
Saat kemajuan persalinan sampai
pada fase kecepatan maksimum, rasa khawatir ibu meningkat. Kontraksi menjadi
semakin kuat dan frekuensinya lebih
sering sehingga ia tidak dapat mengontrolnya. Dalam keadaan ini, ibu akan
menjadi lebih serius, ia menginginkan seseorang untuk mendampinginya. Karena
merasa takut tidak mampu beradaptasi dengan kontraksinya.
Ketika persalinan semakin kuat,
ibu mejadi kurang mobilisasi,memegang sesuatu saat kontraksi,atau berdiri
mengangkang dan menggerakkan pinggulnya. Ketika persalinan itu semakin maju, ia
akan menutup mata serta pernafasannya berat dan lebih terkontrol. Ia akan
mengerang dan kadang berteriak selama berkontraksi yang nyeri. Ibu sering
terlihat menekuk jari kakinya ketika kontraksi memuncak.
II.3. Perubahan
Fisiologis pada Kala II dalam Persalinan
·
Kontraksi, dorongan otot-otot dinding
Kontraksi uterus pada persalinan mempunyai
sifat tersendiri. Kontraksi menimbulkan nyeri, merupakan satu-satunya kontraksi
normal muskulus. Kontraksi ini dikendalikan oleh syaraf intrinsik, tidak
disadari, tidak dapat diatur oleh ibu bersalin, baik frekuensi maupun lama
kontraksi (Sumarah, 2008).
Sifat
khas :
1) Rasa
sakit dari fundus merata ke seluruh uterus sampai berlanjut ke punggung bawah.
2) Penyebab
rasa nyeri belum diketahui secara pasti. Beberapa dugaan penyebab antara lain :
a)
Pada saat kontraksi terjadi kekurangan O2 pada miometrium.
b)
Penekanan ganglion syarat di serviks dan uterus bagian bawah.
c)
Peregangan serviks akibat dari pelebaran serviks.
d)
Peregangan peritoneum sebagai organ yang menyelimuti uterus.
Pada
waktu selang kontraksi/periode relaksasi diantara kontraksi memberikan dampak
berfungsinya sistem-sistem dalam tubuh, antara lain :
1) Memberikan
kesempatan pada jaringan otot-otot uterine untuk beristirahat agar tidak
menurunkan fungsinya oleh karena kontraksi yang kuat secara terus menerus.
2) Memberikan
kesempatan kepada ibu untuk istirahat, karena rasa sakit selama kontraksi.
3) Menjaga
kesehatan janin karena pada saat kontraksi uterus mengakibatkan konstriksi
pembuluh darah plasenta sehingga bila secara terus menerus berkontraksi, maka
akan menyebabkan hipoksia, anoksia, dan kematian janin.
Pada pemeriksaan kontraksi uterus
tidak hanya meliputi : frekuensi, durasi/lama dan intensitas/kuat-lemah, tetapi
perlu diperhatikan juga pengaruh dari ketiga hal tersebut mulai dari kontraksi
yang belum teratur hingga akhir persalinan, Misalnya pada awal persalinan
kontraksi uterus setiap 20-30 menit selama 20-25 detik, intensitas ringan
lama-kelamaan menjadi 2-3 menit, lama 60-90 detik, maka hal ini akan
menghasilkan pengeluaran janin. Bila ibu bersalin mulai berkontraksi selama 5
menit selama 50-60 detik dengan intensitas cukup kuat maka dapat terjadi
kontraksi tidak dapat teratur, frekuensi lebih sering, durasi lebih lama.
Terkadang dapat terjadi disfungsi uterin, yaitu kemajuan proses persalinan yang
meliputi dilatasi servik/pelebaran serviks, mekanisme penurunan kepala memakan
waktu yang lama, tidak sesuai dengan harapan.
Kontraksi uterus bervariasi
pada setiap bagian karena mempunyai pola gradien. Kontraksi yang kuat mulai
dari fundus hingga berangsur-angsur berkurang dan tidak ada sama sekali
kontraksi pada serviks. Hal ini memberikan efek pada uterus sehingga uterus
terbagi menjadi dua zona yaitu zona atas dan zona bawah uterus. Zona atas
merupakan zona yang berfungsi mengeluarkan janin karena merupakan zona yang berkontraksi
dan menebal, dan sifatnya aktif. Zona ini terbentuk akibat mekanisme kontraksi
otot. Pada saat relaksasi panjang otot tidak bisa kembali ke ukuran semula,
ukuran panjang otot selama masa relaksasi semakin memendek, dan setiap terjadi
relaksasi ukuran panjang otot semakin memendek dan demikian seterusnya setiap
kali terjadi relaksasi sehingga zona atas semakin menebal dan mencapai batas
tertentu pada saat zona bawah semakin tipis dan luas.
Sedangkan zona bawah terdiri dari istmus dan serviks uteri. Pada saat
persalinan istmus uteri disebut sebagai segmen bawah rahim. Zona ini sifatnya
pasif tidak berkontraksi seperti zona atas. Zona bawah menjadi tipis dan
membuka akibat dari sifat pasif dan berpengaruh dari kontraksi pada zona atas
sehingga janin dapat melewatinya. Jika zona bawah ikut berkontraksi seperti
zona atas maka tidak dapat terjadi dilatasi/pembukaan servik, hal ini dapat
mempersulit proses persalinan.
·
Uterus
Uterus terbentuk dari pertemuan duktus Muller kanan dan kiri digaris tengah
sehingga otot rahim terbentuk dari dua spiral yang saling beranyaman dan
membentuk sudut disebelah kanan dan kiri sehingga pembuluh darah dapet tertutup
dengan kuat saat terjadi kontraksi (Myles, 2009).
Terjadi perbedaan pada bagian
uterus :
1. Segmen
atas : bagian yang berkontraksi, bila dilakukan palpasi akan teraba keras
saat kontraksi.
2. Segmen
bawah : terdiri atas uterus dan cerviks, merupakan daerah yang teregang,
bersifat pasif. Hal ini mengakibatkan pemendekan segmen bawah uterus.
3. Batas
antara segmen atas dan segmen bawah uterus membentuk lingkaran cincin retraksi
fisiologis. Pada keadaan kontraksi uterus inkoordinasi akan membentuk cincin
retraksi patologis
yang dinamakan cincin bandl.
Perubahan bentuk :
Bentuk uterus menjadi oval yang disebabkan adanya pergerakan tubuh janin yang
semula membungkuk menjadi tegap, sehingga uterus bertambah panjang 5-10 cm.
·
Pergeseran organ dasar panggul
Jalan lahir disokong dan secara
fungsional ditutup oleh sejumlah lapisan jaringan yang bersama-sama membentuk
dasar panggul. Struktur yang paling penting adalah m. levator ani dan fasia
yang membungkus permukaan atas dan bawahnya, yang demi praktisnya dapat
dianggap sebagai dasar panggul. Kelompok otot ini menutup ujung bawah rongga
panggul sebagai sebuah diafragma sehingga memperlihatkan permukaan atas yang
cekung dan bagian bawah yang cembung. Di sisi lain, m. levator ani terdiri atas
bagian pubokoksigeus dan iliokoksigeus. Bagian posterior dan lateral dasar
panggul, yang tidak diisi oleh m. levator ani, diisi oleh m. piriformis dan m.
koksigeus pada sisi lain.
Ketebalan m. levator ani bervariasi
dari 3 sampai 5 mm meskipun tepi-tepinya yang melingkari rektum dan vagina agak
tebal. Selama kehamilan m. levator ini biasanya mengalami hipertrofi. Pada
pemeriksaan pervaginam tepi dalam otot ini dapat diraba sebagai tali tebal yang
membentang ke belakang dari pubis dan melingkari vagina sekitar 2 cm di atas
himen. Sewaktu kontraksi, m. levator ani menarik rektum dan vagina ke atas
sesuai arah simfisis pubis sehingga bekerja menutup vagina. Otot-otot perineum
yang lebih superfisial terlalu halus untuk berfungsi lebih dari sekadar sebagai
penyokong (Sarwono, 2008).
Pada kala satu persalinan selaput ketuban dan bagian terbawah janin memainkan
peran penting untuk membuka bagian atas vagina. Namun, setelah ketuban pecah,
perubahan-perubahan dasar panggul seluruhnya dihasilkan oleh tekanan yang
diberikan oleh bagian terbawah janin. Perubahan yang paling nyata terdiri atas
peregangan serabut-serabut m. levatores ani dan penipisan bagian tengah
perineum, yang berubah bentuk dari massa jaringan terbentuk baji setebal 5 cm
menjadi (kalau tidak dilakukan episiotomi) struktur membran tipis yang hampir
transparan dengan tebal kurang dari 1 cm. Ketika perineum teregang maksimal,
anus nenjadi jelas membuka dan terlihat sebagai lubang berdiameter 2 sampai 3
cm dan di sini dinding anterior rektum menonjol. Jumlah dan besar pembuluh darah
yang luar biasa yang memelihara vagina dan dasar panggul menyebabkan kehilangan
darah yang amat besar kalau jaringan ini robek.
II.4.
Perubahan Fisiologi persalinan Kala III
Kala III merupakan periode waktu
dimana penyusutan volume rongga uterus setelah kelahiran bayi . Penyusutan
ukuran ini menyebabkan berkurangnya ukuran tempat perlengkapan plasenta . Oleh
karena tempat perlengkapan menjadi kecil , sedangkan ukuran plasenta tidak
berubah , maka plasenta menjadi berlipat , menebal dan kemudian lepas dari
dinding uterus . Setelah lepas kemudian plsenta akan turun kebawah uterus atau
kedalam vagina .
II.5 Perubahan
Psikologis kala II dan III Persalinan
Perubahan psikologis keseluruhan
seorang wanita yang sedang mengalami persalinan sangat bervariasi, tergantung
pada persiapan dan bimbingan antisipasi yang ia terima selama persiapan
menghadapi persalinan, dukungan yang di terima wanita darri pasangannya, orang
terdekat lain, keluarga dan pemberiperawatan, lingkungan tempat wanita tersebut
berada dan apakah bayi yang di kandungnya merupakan bayi yang di inginkan atau
tidak.
Dukungan yang di terima atau tidak di terimaoleh seorang
wanita di lingkungan tempatnya melahirkan, termasuk dari mereka yang
mendampinginya, sangat mempengaruhi aspek psikologinya pada saat kondisinya
sangat rentan setiap kali kontraksi timbul juga pada saat nyerinya timbul
secaraberkelanjutan
BAB III
PENUTUP
III.1. Kesimpulan
Pemberian
dukungan fisik, emosional dan psikologis selama persalinan akan dapat membantu
mempercepat proses persalinan dan membantu ibu memperoleh kepuasan dalam
melalui proses persalinan normal.
Asesmen pada persalinan sesungguhnya: Persalinan juga harus dicurigai pada ibu dengan umur kehamilan > 22 minggu usia kehamilan, dimana ibu merasa nyeri abdomen berulang dengan disertai cairan lendir yang mengdung darah atau “show”. Agar dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi yang cukup.
Asesmen pada persalinan sesungguhnya: Persalinan juga harus dicurigai pada ibu dengan umur kehamilan > 22 minggu usia kehamilan, dimana ibu merasa nyeri abdomen berulang dengan disertai cairan lendir yang mengdung darah atau “show”. Agar dapat mendiagnosa persalinan, bidan harus memastikan perubahan cerviks dan kontraksi yang cukup.