CSE :)

Loading

Selasa, 29 November 2011

sistem pencernaan

BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Fungsi Saluran Pencernaan

Fungsi utama sistem pencernaan adalah memindahkan nutrient, air dan elektrolit dari makanan yang kita makan ke dalam lingkungan internal tubuh. Manusia menggunakan molekul-molekul organic yang terkandung dalam makanan dan O2 untuk menghasilkan energi

II.2. Saluran Pencernaan dan Proses yang terjadi

II.2.1. Mulut

Rongga mulut merupakan awal dari saluran cerna dan di sinilah makanan (padat) dikunyah menjadi halus dan dicampur dengan ludah.

Pada peristiwa mengunyah yang berperan adalah gigi, otot pengunyah, lidah, pipi, da­sar mulut dan langit-langit. Ludah dibentuk oleh tiga pasang kelenjar besar, glandula parotis (kelenjar ludah telinga), glandula submandibularis (kelenjar ludah rahang bawah) dan glandula sublingualis (kelenjar ludah bawah lidah) dan kemudian melalui saluran-salurannya akan masuk ke rongga mulut. Produksi ludah tiap hari berkisar sekitar 1,5 liter; susunan ludah bergantung pada makanan yang dimakan (pada makan­an kering akan disekresi ludah yang encer untuk membasahi, dan pada makanan yang banyak mengandung cairan disekresi ludah yang kental untuk mencerna. Pada proses menelan, yang dimulai secara sadar dan ke­mudian berlanjut secara reflektoris,

http://docs.google.com/File?id=dcdfzcc3_53r4266fd

Gambar 1. Bagan saluran cerna

makanan yang dilapisi ludah akan masuk melalui farings ke esofagus.

a. Gigi

Langkah pertama dalam proses pencernaan adalah mastikasi atau mengunyah. Motilitas mulut yang melibatkan pemotongan, perobekan, penggilingan, dan pencampuran makanan adalah oleh gigi.

Tujuan mengunyah adalah :

(1) Menggiling dan memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil untuk mempermudah proses menelan
(2) Untuk mencampur makanan dengan air liur
(3) Untuk merangsang papil pengecap, secara refleks memicu sekresi saliva, lambung, pankreas, dan empedu
Tindakan mengunyah dapat bersifat volunter, tetapi sebagian besar merupakan suatu refleks ritmik yang ditimbulkan oleh pengaktifan otot-otot rangka pada rahang, bibir, pipi, dan lidah sebagai respon terhadap tekanan makanan ke jaringan mulut.

b. Lidah

Lidah membentuk dasar rongga mulut, terdiri dari otot rangka yang dikontrol secara volunter, pergerakannya penting untuk memandu makanan didalam mulut sewaktu mengunyah dan menelan. Di lidah terdapat papil-papil pengecap (taste buds) yang juga tersebar di palatum mole, tenggorokan dan dinding dalam pipi.

c. Kelenjar saliva

Kelenjar saliva utama yaitu kelenjar sublingual, submandibula, dan parotis yang terletak di luar rongga mulut dan menyalurkan air liur melalui duktud-duktus pendek ke dalam mulut. Selain itu, terdapat kelenjar saliva minor yaitu kelenjar bukal di lapisan mukosa pipi.

Saliva terdiri dari 99,5 % H2O, 0,5 % protein dan elektrolit. Protein saliva terpenting adalah amilase, mukus, dan lisosom, yang menentukan fungsi saliva sebagai berikut :

(1) Saliva memulai pencernaan karbohidrat di mulut melalui kerja amilase saliva, enzim yang memecah polisakarida menjadi disakarida.
(2) Saliva mempermudah proses menelan dengan membasahi partikel-partikel makanan sehingga menyatu serta menghasilkan pelumasan karena adanya mukus yang kental dan licin.
(3) Saliva mempunyai efek antibakteri oleh lisosom, suatu enzim yang melisiskan atau menghancurkan bakteri dan membilas bahan yang mungkin digunakan bakteri sebagai sumber makanan.
(4) Saliva berfungsi sebagai pelarut untuk molekul-molekul yang merangsang papil pengecap karena hanya molekul dalam larutan yang dapat bereaksi dengan reseptor papil pengecap.
(5) Saliva berperan dalam higiene mulut dengan membantu menjaga kebersihan mulut dan gigi.
(6) Penyangga bikarbonat saliva menetralkan asam pada makanan yang dihasilkan oleh bakteri di mulut sehingga membantu mencegah karies gigi.

d. Palatum

Palatum membentuk atap lengkung rongga mulut, memisahkan mulut dari saluran hidung. Keberadaannya memungkinkan bernapas dan mengunyah berlangsung bersamaan.

e. Uvula

Uvula terletak di bagian belakang palatum dekat tenggorokan yaitu suatu tonjolan menggantung dari palatum mole (langit-langit lunak), yang berperan penting untuk menutup saluran hidung ketika menelan.

II.2.2. Faring dan Esofagus

Pada farings terdapat percabangan antara saluran cerna dan saluran napas, karena itu untuk mencegah masuknya makanan ke saluran napas yang terdapat scbelum esofagus, maka pada saat menelan larings akan tertutup. Tonsil (amandel farings dan langit-langit) yang terdapat dalam farings merupakan ba-gian dari sistem limfe dan berfungsi untuk pertahanan imunitas.

Esofagus Saluran makanan ini merupakan tabung otot sepanjang 22 sampai 25 cm yang terletak di antara trakhea dan kolom tulang belakang. Sepertiga bagian atas esofagus berdinding otot serat lintang sedangkan dua pertiga bagian bawah berdinding otot polos. Esofagus hanyalah berfungsi untuk meneruskan makanan.

Motilitas yang berkaitan dengan faring dan esofagus adalah menelan atau deglutition. Menelan dimulai ketika bolus didorong oleh lidah ke bagian belakang mulut menuju faring. Tekanan bolus di faring merangsang reseptor tekanan di faring yang kemudian mengirim impuls aferen ke pusat menelan di medula. Pusat menelan kemudian secara refleks mengaktifkan serangkaian otot yang terlibat dalam proses menelan. Menelan dimulai secara volunter, tetapi setelah dimulai proses tersebut tidak dapat dihentikan.

Menelan dibagi menjadi dua tahap yaitu :

a. Tahap Orofaring

Tahap orofaring berlangsung sekitar satu detik dan berupa perpindahan bolus dari mulut melalui faring dan masuk ke esofagus, saat menelan ini bolus harus diarahkan ke dalam esofagus dan dicegah untuk masuk ke saluran lain seperti kembali ke mulut, masuk ke saluran hidung, atau masuk ke trakea, dengan cara :
• Selama menelan posisi lidah menekan palatum durum untuk mencegah makanan kembali ke mulut.
• Uvula elevasi atau terangkat di bagian belakang tenggorokan, sehingga saluran hidung tertutup dari faring dan makanan tidak masuk hidung.
• Makanan dicegah masuk trakea terutama oleh elevasi laring dan penutupan pita suara melintasi laring atau glotis. Selama menelan pita suara melaksanakan fungsi yang tidak berkaitan dengan berbicara. Kontraksi otot-otot laring menyebabkan pita suara merapat erat satu sama lain, sehingga pintu masuk glotis tertutup. Selain itu bolus menyebabkan epiglotis tertekan ke belakang menutupi glotis yang mencegah makanan masuk ke saluran pernapasan.
• Dengan laring dan trakea tertutup, otot-otot faring berkontraksi untuk mendorong bolus ke dalam esofagus.

b. Tahap Esofagus

Pusat menelan memulai gelombang peristaltik primer yang mengalir dari pangkal ke ujung esofagus, mendorong bolus didepannya melewati esopagus ke lambung. Peristaltik mengacu pada kontraksi berbentuk cincin otot polos sirkuler yang bergerak secara progresif ke depan dengan gerakan mengosongkan, mendorong bolus di depan kontraksi. Dengan demikian pendorongan makanan melalui esopagus adalah proses aktif yang tidak mengandalkan gravitasi. Makanan dapat didorong ke lambung bahkan dalam posisi kepala di bawah. Gelombang peristaltik berlangsung sekitar 5 – 9 detik untuk mencapai ujung bawah esopagus. Kemajuan gelombang tersebut dikontrol oleh pusat menelan melalui persyarafan vagus.

Sekresi esofagus seluruhnya bersifat protektif dan berupa mukus, mukus disekresikan di sepanjang saluran pencernaan. Dengan menghasilkan lubrikasi untuk lewatnya makanan, mukus esofagus memperkecil kemungkinan rusaknya esofagus oleh bagian-bagian makanan yang tajam, mukus juga melindungi dinding esofagus dari asam dan enzim getah lambung apabila terjadi refluks lambung.

II.2.3. Lambung

Pada lambung manusia dibedakan (gambar 2) bagian kardia (daerah bermuaranya esofagus), fundus, korpus, antrum (pembesaran sebelum akhir lambung) dan pilorus. Lengkungan bagian tepi dinamakan lengkung besar dan lengkung kecil.

Mukosa lambung mempunyai satu lapis epitel silinder yang berlekuk-lekuk (foveolae gastricae), tempat bermuaranya kelenjar lambung yang spesifik. Kelenjar pada dae­rah kardia dan pilorus hanya memproduksi lendir, sedangkan kelenjar pada daerah kor­pus dan fundus memproduksi lendir, asam klorida dan enzim proteolitik. Karena itu pada kelenjar korpus dan fundus ditemukan 3 jenis sel,

  • sel yang memproduksi lendir yaitu sel mukus (mucous neck cell),
  • sel yang menghasilkan asam klorida yaitu sel parietal,
  • sel yang menghasilkan enzim proteolitik yaitu sel epitel mukosa.

http://docs.google.com/File?id=dcdfzcc3_54djczqmdh

Gambar 2. Lambung manusia, dipotong.

Otot dinding lambung terdiri atas tiga lapisan serabut otot polos, yang tersusun me-manjang, melintang dan miring ke atas. Karena rancangannya yang sedemikian itu, otot ini mampu menyesuaikan diri dengan volume lambung sesuai dengan isinya, juga memungkinkan pencampuran makanan serta meneruskannya ke saluran cerna berikutnya.

Motilitas Lambung

Motilitas lambung bersifat kompleks dan dikontrol oleh beberapa faktor, terdapat empat asfek motilitas lambung, yaitu :

a. Pengisian Lambung

Volume lambung jika kosong sekitar 50 ml, tetapi organ ini dapat mengembang hingga kapasitasnya mencapai sekitar 1 liter ketika makan. Akomodasi perubahan volume ini akan menyebabkan ketegangan pada dinding lambung dan meningkatkan tekanan intralambung, tapi hal ini tidak akan terjadi karena adanya faktor plastisitas otot polos lambung dan relaksasi resesif lambung pada saat terisi. Plastisitas adalah kemampuan otot polos mempertahankan ketegangan konstan dalam rentang panjang yang lebar, dengan demikian pada saat serat-serat otot polos lambung teregang pada pengisian lambung, serat-serat tersebut melemas. Peregangan dalam tingkat tertentu menyebabkan depolarisasi sel-sel pemacu, sehingga mendekati potensial istirahat yang membuat potensial gelombang lambat mampu mencapai ambang dan mencetuskan aktivitas kontraktil.

Sifat dasar otot polos tersebut diperkuat oleh relaksasi refleks lambung pada saat terisi. Interior lambung membentuk lipatan-lipatan yang disebut rugae, selama makan rugae mengecil dan mendatar pada saat lambung sedikit demi sedikit melemas karena terisi. Relaksasi refleks lambung sewaktu menerima makanan ini disebut relaksasi resesif.

b. Penyimpanan Lambung

Selama makanan masuk ke lambung, makanan membentuk lingkaran konsentris makanan di bagian oral lambung, makanan yang paling baru terletak paling dekat dengan pembukaan esofagus dan makanan yang yang paling akhir terletak paling dekat dengan dinding luar lambung. Normalnya bila makanan meregangkan lambung refleks vasovagal dari lambung ke batang otak dan kemudian kembali ke lambung akan mengurangi tonus di dalam dinding otot korpus lambung sehingga dinding menonjol keluar secara progresif, menampung jumlah makanan yang makin lama makin banyak sampai suatu batas saat lambung berelaksasi sempurna, yaitu 0,8 sampai 1,5 liter. Tekanan dalam lambung tetap rendah sampai batas ini tercapai.

c. Pencampuran Lambung

Kontraksi peristaltik lambung yang kuat merupakan penyebab makanan bercampur dengan sekresi lambung dan menghasilkan kimus. Setiap gelombang peristaltik antrum mendorong kimus ke depan ke arah sfingter pilorus. Apabila kimus terdorong oleh kontraksi peristaltik yang kuat akan melewati sfingter pilorus dan terdorong ke duodenum tetapi hanya sebagian kecil saja. Sebelum lebih banyak kimus dapat diperas keluar, gelombang peristaltik sudah mencapai sfingter pilorus menyebabkan sfingter berkontraksi lebih kuat, menutup dan menghambat aliran kimus ke dalam duodenum.

Sebagian besar kimus antrum yang terdorong ke depan tapi tidak masuk ke duodenum berhenti secara tiba-tiba pada sfingter yang tertutup dan bertolak kembali ke dalam antrum, hanya untuk didorong ke depan dan bertolak kembali pada saat gelombang peristaltik yang baru datang. Gerakan maju mundur tersebut disebut retropulsi, menyebabkan kimus bercampur secara merata di antrum.

d. Pengosongan Lambung

Kontraksi peristaltik antrum, selain menyebabkan pencampuran lambung juga menghasilkan gaya pendorong untuk mengosongkan lambung. Jumlah kimus yang masuk ke duodenum pada setiap gelombang peristaltik sebelum sfingter pilorus tertutup tergantung pada kekuatan peristaltik. Intensitas peristaltik antrum sangat bervariasi tergantung dari pengaruh berbagai sinyal dari lambung dan duodenum.

Tabel berikut menggambarkan faktor yang mempengaruhi motilitas dan pengosongan lambung :

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhkuJssvdnKaGUTRkXhbUXQ-IPGMyV7ecvy8CASCp7dV7NjeV1qrdFCh7NTfG8ROk_fQ0Xk5JKkKqHL7LaWRIHpsIN0vz1J2M63mqJdx-yq0AJAbqBC45igPacPxCA3EOs4cfc3RrwL9eU/s320/tabel+lambung.jpg

Sekresi Lambung

Mukosa lambung mempunyai dua tipe kelenjar tubular yang penting, yaitu kelenjar Oksintik (disebut juga kelenjar gastrik) dan kelenjar pilorik. Kelenjar oksintik menyekresi asam hidroklorida, pepsinogen, faktor intrinsik, dan mukus. Kelenjar pilorik terutama menyekresi mukus untuk melindungi mukosa pilorus dari asam lambung. Kelenjar pilorik juga menyekresi hormon gastrin.

Sel-sel parietal secara aktif mengeluarhan HCl ke dalam lumen kantung lambung, hal ini menyebabkan pH lumen turun sampai 2. HCl membantu fungsi pencernaan, antara lain :

(1) Mengaktifkan prekursor enzim pepsinogen menjadi enzim aktif pepsin
(2) Membantu penguraian serat otot dan jaringan ikat, sehingga partikel makanan berukuran besar dapat dipecah menjadi partikel kecil
(3) Bersama dengan lisososm mematikan sebagian besar mikroorganisme yang masuk bersama makanan

Pepsinogen merupakan enzim inaktif yang disintesa oleh aparatus golgi dan retikulum endoplasma kemudian disimpan di sitoplasma dalam vesikel sekretorik yang dikenal dengan granula zimogen. Pepsinogen mengalami penguraian oleh HCl menjadi enzim bentuk aktif yaitu pepsin. Pepsin berfungsi untuk mengaktifkan kembali pepsinogen (proses otokatalitik) dan sintesa protein dengan memecah ikatan asam amino menjadi peptida.

Sekresi mukus berfungsi sebagai sawar protektif dari cedera terhadap mukosa lambung karena sifat lubrikalis dan alkalisnya dengan menetralisasi HCl yang terdapat didekat mukosa lambung.

Hormon gastrin disekresikan oleh sel-sel gastrin (sel-sel G) yang terletak di daerah kelenjar pilorus lambung, gastrin merangsang peningkatan sekresi getah lambung yang bersifat asam, dan mendorong pertumbuhan mukosa lambung dan usus halus, sehingga keduanya dapat mempertahankan kemampuan sekresi mereka.

II.2.4. Usus Halus

Di usus halus proses pencer­naan akan dilanjutkan dan pecahan makan­an dengan berat molekul rendah sebagian besar akan diabsorpsi. Usus halus dibagi atas tiga bagian:

  • duodenum (usus duabelas jari),
  • jejunum (usus kosong), dan
  • ileum (usus bengkok).

Duodenum mempunyai bentuk mirip tapal kuda, pada bagian cekungnya terpasang ke­lenjar pankreas. Pada bagian menaik ber-muaiaductuspancreaticus (saluran kelenjar pankreas) dan ductus choledochus (saluran empedu) yang mempunyai bagian akhir menyatu.

Pada ujung duodenum terdapat jejunum sepanjang sekitar 1,2 m dan dilanjutkan de­ngan ileum sepanjang kira-kira 1,8 m. Kumpulan jejunum dan ileum terpasang pada mesenterium.

Keistimewaan dari mukosa usus halus adalah perluasan permukaan usus halus dengan lipatan, vili, dan mikrovili. Lipatan ini paling banyak di duodenum dan jejunum dan dapat mencapai 8 mm, dan membentuk lekukan submukosa. Di sini terdapat vili berbentuk jari setinggi 1 mm, yang epitelnya umumnya terdiri atas enterosit (sel entero-sit), mikrovili yang merupakan kaki proto-plasma berlumen yang tersusun berdekatan. Permukaan yang melapisi lumen dengan demikian akan diperluas sekitar 600 kali, pada usus halus keseluruhan luasnya adalah 200 m2.

Di samping mukosa, usus halus terdiri atas lapisan otot melingkar dan memanjang dan serosa yaitu bagian viseral peritoneum. Pada dinding usus halus terdapat pulapleksus saraf vegetatif, yaitu plexus submucosus yang mempersarafi mukosa dan plexus myenteri-cus yang mempersarafi ototnya. Pada kerja motorik usus halus dibedakan atas gerakan mencampur dan gelombang peristaltik dorong. Gerakan mencampur melakukan pencampuran intensif khimus de­ngan getah pankreas, empedu dan sekret dari kelenjar usus halus, sedangkan gerakan peristaltik mendorong adonan makanar Gerakan ini dapat timbul dengan adany relaksasi dinding usus halus dan dikei dalikan saraf melalui plexus myentericus.

Motilitas Usus Halus


Segmentasi adalah metode motilitas utama usus halus yaitu proses mencampur dan mendorong secara perlahan kimus, dengan cara kontraksi bentuk cincin otot polos sirkuler di sepanjang usus halus, diantara segmen yang berkontraksi terdapat daerah yang berisi kimus. Cincin-cincin kontraktil timbul setiap beberapa sentimeter, membagi usus halus menjadi segmen-segmen seperti rantai sosis. Segmen-segmen yang berkontraksi, setelah jeda singkat, melemas dan kontraksi kontraksi berbentuk cincin kemudian muncul di daerah yang semula melemas. Perjalanan isi usus biasanya memerlukan waktu 3-5 jam untuk melintasi seluruh panjang usus halus, sehingga tersedia cukup waktu untuk berlangsungnya proses pencernaan dan penyerapan.


Sekresi Usus Halus

Sekresi usus halus tidak mengandung enzim pencernaan, kelenjar eksokrin yang terletak di mukosa usus halus mengeluarkan sekitar 1,5 liter larutan garam dan mukus cair (sukus enterikus) ke dalam lumen. Mukus berfungsi sebagai proteksi dan lubrikasi.


Digesti Usus Halus

Pencernaan di dalam lumen usus halus dilaksanakan oleh enzim-enzim pankreas dan sekresi empedu. Enzim pankreas meyebabkan lemak direduksi menjadi satuan-satuan monogliserida dan asam lemak bebas yang dapat diserap, protein diuraikan menjadi fragmen peptida kecil dan beberapa asam amino, dan karbohidrat direduksi menjadi disakarida dan beberapa monosakarida. Dengan demikian proses pencernaan lemak selesai dalam lumen usus halus tapi pencernaan protein dan karbohidrat belum.

Dari permukaan luminal sel-sel epitel usus halus terbentuk tonjolan-tonjolan seperti rambut yang disebut Brush Border, yang mengandung tiga kategori enzim, yaitu :

1. Enterikinase, mengaktifkan enzim pankreas tripsinogen
2. Golongan disakaridase (sukrose, maltase dan laktase), yang menyelesaikan pencernaan karbohidrat dengan menghidrolisis disakarida yang tersisa menjadi monosakarida penyusunnya
3. Golongan aminopeptidase, yang menghidrolisis peptida menjadi komponen asam aminonya, sehingga pencernaan protein selesai


Absorpsi Usus Halus

Semua produk pencernaan karbohidrat, protein dan lemak serta sebagian besar elektrolit, vitamin dan air dalam keadaan normal diserap oleh usus halus. Sebagian besar penyerapan berlangsung di duodenum dan jejenum, dan sangat sedikit yang berlangsung di ilieum.

a. Penyerapan Garam dan Air

Air diabsorpsi melalui mukosa usus ke dalam darah hampir seluruhnya melalui osmosis. Natrium diserap secara transpor aktif dari dalam sel epitel melalui bagian basal dan sisi dinding sel masuk ke dalam ruang paraseluler. Sebagian Na diabsorpsi bersama dengan ion klorida, damana ion klorida bermuatan negatif secara pasif ditarik oleh muatan listrik positif ion natrium.

b. Penyerapan Karbohidrat

Karbohidrat diserap dalam bentuk disakarida maltosa, sukrosa, dan laktosa. Disakaridase yang ada di brush border menguraikan disakarida ini menjadi monosakarida yang dapat diserap yaitu glukosa, galaktosa dan fruktosa. Glukosa dan galaktosa diserap oleh transportasi aktif sekunder sedangkan fruktosa diserap melalui difusi terfasilitasi

c. Penyerapan Protein

Protein diserap di usus halus dalam bentuk asam amino dan peptida, asam amino diserap menembus sel usus halus melalui transpor aktif sekunder, peptida masuk melalui bantuan pembawa lain dan diuraikan menjadi konstituen asam aminonya oleh aminopeptidase di brush border atau oleh peptidase intrasel, dan masuk ke jaringan kapiler yang ada di dalam vilus.

Dengan demikian proses penyerapan karbohidrat dan protein melibatkan sistem transportasi khusus yang diperantarai oleh pembawa dan memerlukan pengeluaran energi serta kotransportasi Na.

d. Penyerapan Lemak

Lemak diabsorpsi dalam bentuk monogliserida dan asam lemak bebas, keduanya akan larut dalam gugus pusat lipid dari misel empedu, dan zat-zat ini dapat larut dalam kimus. Dalam bentuk ini, monogliserida dan asam lemak bebas ditranspor ke permukaan mikrovili brush border sel usus dan kemudian menembus ke dalam ceruk diantara mikrovili yang bergerak. Dari sini keduanya segera berdifusi keluar misel dan masuk ke bagian dalam sel epitel. Proses ini meninggalkan misel empedu tetap di dalam kimus, yang selanjutnya akan melakukan fungsinya berkali-kali membantu absorpsi monogliserida dan asam lemak.

e. Penyerapan Vitamin

Vitamin yang larut dalam air diabsorpsi secara pasif bersama air, sedangkan yang larut dalam lemak diabsorpasi secara pasif dengan produk akhir pencernaan lemak.

f. Penyerapan Besi dan Kalsium
Absorpsi besi dan kalsium tergantung pada kebutuhan tubuh akan elektrolit tersebut

II.2.5. Usus Besar

Usus besar yang merupaka bagian akhir dari saluran cerna dapat dibaj menjadi:

° cecum (usus buntu sekum) dengan appendix vermiformis (umbai cacing),

° colon (usus besar, kolon), dan

° rectum (usus akhir, rektum).

Di usus besar dengan pengentalan isi usi terbentuk feses. Istilah sekum muncul karena bagian usus ini buntu (gambar 4). Pada sisi sebelah atas bermuara ileum. Melalui katup yang terdapat di sini (vah ileocaecalis) isi usus halus akan masuk sedikit-sedikit ke dalam usus besar. Kolon yang bersambungan dengan sekum terdiri atas bagian menaik, bagian mendatar dan bagian menurun serta bagian yang berbentuk huruf S (colon ascendens, transversum, descendens, sigmoideum). Bagian yang halus mempunyai lebar sekitar 6-8 cm panjangnya sekitar 1,3 m. Yang khas bagi kolon adalah adanya tiga taenia yang merupakan otot memanjang bagian luar yang tersusun seperti garis-garis, juga haustr, tonjolan dinding usus yang terbentuk karena kontraksi lokal otot lingkar berbentuk simpul.

Bagian usus besar yang paling akhir adala rektum sepanjang 15-20 cm dan berakh pada anus yang dilengkapi dengan otot sfingter pada bagian dalam yang terdiri atas serabut otot polos, dan otot sfingter bagian luar yang terdiri atas otot skelet. Otot memanjang luar di sini tak lagi tersusun dalam taenia melainkan membentuk lagi lapisan tertutup.

Berbeda dengan usus halus, mukosa usus besar tidak mengandung jonjot, di sini ditemukan kripta yang amat dalam dan rap; berdekatan. Epitel kripta dan epitel permukaan terutama terdiri atas sel piala yau memproduksi lendir.

http://docs.google.com/File?id=dcdfzcc3_56g5tw4dck

Gambar 4. Potongan pada muara usus halus ke usus besar dan usus buntu serta umbai cacing.

Sebagian sel epitel dilengkapi dengan bulu-bulu tebal yang berfungsi untuk absorpsi. Pada rektum, di bawah mukosa pada apa yang dinamakan zona hemoroid, terdapat sekelompok pembuluh darah yang merupakan penutup dalam bentuk otot. Dengan gerakan dinding usus besar, isi usus akan digiling dan dibawa terus. Di samping gelombang peristaltik lambat dari otot lingkar pada jarak usus yang pendek, sekitar 2-3 kali sehari terjadi gelombang peristaltik yang besar tnulai dari sekum sampai sigmoid.

Gerakan ini akan distimulasi oleh impuls parasimpatis dan dihambat oleh impuls simpatis.

Motilitas Usus Besar

Gerakan usus besar umumnya lambat dan tidak propulsif, sesuai dengan fungsinya sebagai tempat absorpsi dan penyimpanan. Motilitas yang terjadi pada kolon adalah kontraksi haustra yaitu gerakan mengaduk isi kolon dengan gerakan maju mundur secara perlahan yang menyebabkan isi kolon terpajan ke mukosa absortif. Peningkatan motilitas terjadi setiap 3-4 kali sehari setelah makan yaitu terjadi kontraksi simultan segmen-segmen besar di kolon asendens dan transversum sehingga feses terdorong sepertiga sampai seperempat dari panjang kolon, gerakan ini disebut gerakan massa yang mendorong isi kolon ke bagian distal usus besar sebagai tempat defekasi.

Sewaktu gerakan masa di kolon mendororng isi kolon ke dalam rektum, terjadi peregangan rektum dan merangsang reseptor regang di dinding rektum serta memicu refleks defekasi.


Sekresi Usus Besar


Sekresi kolon terdiri dari larutan mukus alkalis (HCO3-) yang fungsinya adalah melindungi mukosa usus besar dari cedera kimiawi dan mekanis, juga menghasilkan pelumasan untuk memudahkan feses lewat.

Absorpsi Usus Besar

Dalam keadaan normal kolon menyerap sebagian besar garam dan air. Natrium zat yang paling aktif diabsorpsi dan, Klorida diabsorpsi secara pasif mengikuti penurunan gradien listrik, dan air diabsorpsi secara osmosis.

BAB III

PENUTUP

III.1. Kesimpulan

Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antara proses dan organ-organ serta kelenjarnya merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi memecah bahan-
bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam
tubuh.

Berdasarkan prosesnya, pencernaan makanan dapat dibedakan menjadi dua macam seperti berikut.
1. Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu
lidah serta peremasan yang terjadi di lambung.
2. Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh
enzim-enzim pencernaan dengan mengubah makanan yang ber-
molekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.

Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses pengeluaran sisa-sisa makanan hasil
pencernaan.

III.2. Saran

Semoga semua pihak lebih memperdalam ilmu di bidang gastri intestinal karena ilmu ini sangat penting bagi proses kehidupan , apalagi sekarang banyak sekali kita temukan penyakit – penyakit kelainan dalam bidang pencernaan .

Bagi pengajar semoga lebih menjelaskan kepada para mahasiswi sehingga mahasiswi benar benar merasa paham .

2 komentar: